Friday 2 January 2009

analisis cerpen

ANALISIS TEKS SASTRA (CERPEN)
DARI SISI GAYA BAHASA
“DONGENG DARI AFRIKA”
KARYA KENZABURO OE


OLEH:
AKHMAD FATONI



ABSTRAK

Penulis adalah merupakan seseorang yang menciptakan keindahan. Melalui gaya seorang penulis menuangkan gagasan, pendapat dan membuahkan efek serta gambaran tertentu bagi penanggapnya sebagaimana cara yang digunakannya untuk memberikan kritik sosial atau wacana kepada masyarakat.
Modal utama yang digunakan si pengarang adalah membaca setelah itu dituangkan melalui bahasa dikemas menjadi sebuah bentuk tulisan yang indah yang disebut karya sastra. Keberadaan bahasa dalam karya sastra sangat penting, karena dalam menilai dan mengkritik karya sastra haruslah memahami bahasa yang digunakan oleh pengarang. Setiap pengarang memiliki gaya tersendiri dalam menyampaikan gagasan atau ide lewat karyanya. Ditinjau secara leksikal, istilah gaya yang digunakan dalam pembahasan ini berpadanan dengan istilah style. Stilistika adalah teori tentang cara menggunakan sistem tanda dalam kegiatan komunikasi dengan kemungkinan efek yang ditimbulkannya sesuai dengan jenis tuturan dan motif penuturnya.
Begitu juga yang pilihan kata yang digunakan oleh si pengarang. Setelah itu gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yaitu klimaks dan repetisi.
Kajian stilistika dalam makalah ini adalah mengenai gaya bahasa yang digunakan pengarang.


Kata kunci: Efek, Kritik sosial, Wacana, Leksikal, Style,Stilistika klimaks dan
Repetisi



PENGANTAR

Sastra menampilkan gambaran hidup, dan kehidupan itu sendiri adalah kenyataan sosial yang menyangkut hubungan antar peristiwa yang terjadi dalam batin seseorang. Karena menjadi cermin masyarakat, maka yang ditampilkan dalam karya sastra tidak hanya hal-hal yang menyenangkan, tetapi juga yang kurang menyenangkan, bahkan bertolak belakang dengan moral masyarakat. Sastra seperti ini bukan ingin menghancurkan masyarakat, tetapi berusaha menunjukkan kelemahan masyarakat, dan ingin menyadarkan manusia tentang masyarakat.
Dalam penyampaian tersebut penulis menggunakan bahasa yang merupakan perwujudan dari gaya. Gaya merupakan relasional berhubungan dengan (a) rentetan kata, kalimat dan berbagai kemungkinan manifestasi kode kebahasaan sebagai sistem tanda, (b) dunia makna yang terepresentasikan, (c) motif serta inovasi penulis, (d) efek penggunaan bahasa sebagaimana impresi penanggapnya.
Dalam kajian stilistika gaya bahasa ini bisa dipakai untuk menganalisis genre fiksi atau puisi. Namun kali ini penelitian mengarahkan pada genre fiksi lebih tepatnya cerpen. Dalam kajian prosa fiksi, pemahaman ciri stilistika dapat dimanfaatkan sebagai dasar penandaan ciri pelaku, hubungan pelaku, maupun gagasan yang ingin diungkapkan penutur.
Menurut Sudjiman (1993: 3) stilistika mengkaji cara sastrawan memanipulasi dalam arti pemanfaatan unsur dan kaidah yang terdapat dalam bahasa dan efek apa yang ditimbulkan oleh penggunanya itu. Stilistika pada dasarnya itu penggunaan bahasa dan wacan sastra (karya sastra). Karena stilistika sebagai kajian dari segi bahasa maka stilistika ditetapkan sebagai salah satu dalam kritik sastra, yaitu kritik sastra yang menggunakan linguistik sebagai kerangka kegiatan (Atmazaki, 1990: 97) singklatnya pembaca agar lebih mudah memahami sastra.
Pengkajian stilistika meneliti gaya strutur teks sastra secara rinci dan sistematis dengan memperhatikan pilihan (referansi) penggunaan kata atau struktur bahasa, mengamati hubungan antar pilihan itu untuk mengidentifikasikan ciri-ciri stilistik yang membedakan pengarang, karya, tradisi, atau periode tertentu dari pengarang dengan periode lain.
Berbicara gaya bahasa kita tidak bisa lepas dari diksi. Menurut Keraf (1991: 24) diksi mempunyai tiga pengertian yaitu yang pertama diksi mencakupi pengertian kata-kata mana yang paling baik digunakan dalam situasi. Kedua, diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok orang pendengar. Ketiga, diksi yang tepat dan sesuai hany dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Dengan begitu maksud penulis bisa tersampaikan kepada pembaca.
Ungkapan adalah berkaitan erat dengan keduanya. Karena menurut Natawijaya (1986: 27) ungkapan adalah hasil pemencilan dua kata atau lebih untuk menyatakan sesuatu maksud yang mempunyai asumsi, berkias atau berkonotasi. Secara garis besar di bagi menjadi empat kelompok. Pertama, ungkapan yang berasal dari bahasa tubuh. Kedua, ungkapan yang berunsur tingkah laku. Ketiga, ungkapan yang berunsur lengkunagn tempat tinggal. Keempat, ungkapan yang berunsur alam sekitar.




TEORI YANG DIGUNAKAN

1.Stilistika
Teori tentang cara menggunakan sistem tanda dalam kegiatan komunikasi dengan berbagai kemungkinan efek yang ditimbulkannya sesuai dengan jenis tuturan dan motif penuturnya.

2.Diksi
Pilihan leksikal, bukan pilihan kata. Karena diksi pilihannya tidak selalu berupa kata (dasar dan turunan), tetapi dapat juga berupa kata majemuk maupun frase.

3.makna
Hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya (referennya).

4.Gaya Bahasa
Cara menggungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa)

5.Ungkapan
Hasil pemencilan dua kata atau lebih untuk menyatakan sesuatu maksud yang mempunyai asumsi, berkias atau berkonotasi. Secara garis besar di bagi menjadi empat kelompok. Pertama, ungkapan yang berasal dari bahasa tubuh. Kedua, ungkapan yang berunsur tingkah laku. Ketiga, ungkapan yang berunsur lengkunagn tempat tinggal. Keempat, ungkapan yang berunsur alam sekitar.



ANALISIS

Kajian stilistika dalam makalah ini adalah mengenai gaya bahasa yang digunakan pengarang. Baik meliputi diksi, makna, ungkapan dan hal-hal yang saling berkaitan. Maka dengan itu berikut analisis cerpen yang berjudul “Dongeng dari Afrika” karya KENZABURO OE
1.Pilihan Kata (diksi)
Diksi mencakupi pengertian kata-kata mana yang paling baik digunakan dalam situasi. Kedua, diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan nilai rasa yang dimiliki oleh sekelompok orang pendengar. Ketiga, diksi yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu. Dengan begitu maksud penulis bisa tersampaikan kepada pembaca.
Dalam judulnya menimbulkan makna yang denotatif, sehingga pemilihan diksi untuk judul sudah bisa menarik perhatian. Selanjutnya rasa penasaran itu akan muncul pada benak pembaca, karena besarnya rasa ingin tahu itu mereka membaca dengan ingin mengetahui dongeng apakah yang berasal dari Afrika itu?
Pilihan kata yang menunjukkan dan menguatan suasana sesuai dengan apa yang ingin disampaikan seperti terdapat pada kutipan berikut:

“Larut malam itu, dalam posisi lamban yang membuat beban tubuh meraka berkurang, Bird dan Himiko bercinta dalam kegelapan yang lembab selama sejam tanpa putus.”

Dari kutipan di atas sudah terlihat diksi yang diambil menunjukkan keberanian sang penulis. Karena dari kutipan di atas penyampaiannya tanpa ada rasa ragu. Dan benar-benar pengungkapan yang fluktuatif.
Pemakaian kata gadis dalam kalimat “Dengan cepat rangsangannya membangkitkan gerakan binal gadis itu.” Itu lebih pantas karena kata bila kata gadis itu diganti dengan kata lain perempuan, wanita, cewek. Akan mengalami ketimpangan makna.
Pemilihan kata “...pada saat gadis itu memutarkan langit-langit pribadinya...”mengandung makna denotatif dari pada kata klitoris atau selaput vagina.
Serta masih banyak lagi pilihan kata yang terdapat dalam cerpen yang berjudul “Dongeng dari Afrika” ini.

2.Makna
Hubungan antara bentuk dengan hal atau barang yang diwakilinya (referennya). Sehingga memiliki arti tesendiri namun tetap memiliki rujukan yang pasti. Seperti pada
“Bagaikan binatang yang sedang melakukan pembuahan, mereka melakukannya dalam keheningan hingga selesai.”

Memiliki makna orang yang tak memiliki malu yang merujuk pada binatang yang tak punya akal. Juga kata itu bisa diperjelas lagi melalui kutiban berikut:
“Tapi Himiko terus terbang, jatuh menukik ke landasan dalam sebuah liukan lembut dan tiba-tiba menari kembali ke angkasa bagaikan layang-layang yang terperangkap. Saat kembali mendarat di landasan yang salah, Bird mendengar bunyi telepon berdering.”

Dari kutipan di atas memiliki makna bahwa seorang lelaki terbuai dalam asmara dan terjerumus dalam jurang nafsu yang menyesatkan. Sehingga tatkala ia sadar ia telah melakukan hal yang salah, yang seharusnya itu hanya dilakukan bersama dengan istrinya saja bukan dengan perempuan lain. Dan masih banyak penegasan yang lebih detail yang terdapat dalam cerpen ini.

3.Gaya Bahasa
Cara menggungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sehingga dari cerpen ini bisa diketahui jiwa dan kepribadian penulis. Seperti pada beberapa kutipan berikut:
"Dengan tak sabar ia mengalami kegagalannya dan hanya separuh ereksi. Jari jemari Himiko membimbing Bird. Dengan cepat rangsangannya membangkitkan gerakan binal gadis itu. Pada saat pasangannya mencapai klimaks, Bird mundur dan terpuruk dalam masturbasi hampa."

"...Janin itu terlahir sebagai bayi yang lucu sehingga membuat ibunya jatuh hati dan tak ragu-ragu memberikan yang dia minta. Orang-orang Afrika menamakan bayi itu 'anak-anak yang lahir ke dunia untuk mati', tapi bukankah indah sekali membayangkan betapa lucunya mereka, bahkan bayi-bayi mungil sekalipun!"

Berdasarkan kutiban di atas Jika menurut keututuhan Jiwa yang dipaparkan J.E Lema keutuhan Zuro ini mencakup niveau anargonis, niveau vegetatif, niveau animal, niveau human, dan niveau religius. Sehingga suro pantas mendapatkan hadiah nobel.

4.Ungkapan
Hasil pemencilan dua kata atau lebih untuk menyatakan sesuatu maksud yang mempunyai asumsi, berkias atau berkonotasi. Secara garis besar di bagi menjadi empat kelompok. Pertama, ungkapan yang berasal dari bahasa tubuh. Kedua, ungkapan yang berunsur tingkah laku. Ketiga, ungkapan yang berunsur lingkungan tempat tinggal. Keempat, ungkapan yang berunsur alam sekitar.
Dari cerpen ini semuanya mencerminkan dari ketiga ungkapan tersebut. Ungkapan yang berasal dari bahasa tubuh terdapat pada:

“Himiko melengkungkan tubuhnya sehingga membentuk lingkaran lebar, bergetar dan mengerang saat meniti jalan ke langit orgasme bagaikan sebuah pesawat terbang mainan bekerja oleh sebuah motor yang terbebani.

Ungkapan yang berasal dari tingkah laku seperti terdapat pada kutipan berikut:

“Bahkan kini, setelah bertahun-tahun perkawinan, mereka terposok pada perasaan muram setiap kali bersenggama. Kaki dan tangan Bird akan mendesak tubuh istrinya, layu dan kaku dalam pertarungan mengatasi rasa jijik dan istrinya menerimanya sebagai sebuah serangan.”


Ungkapan yang berunsur alam sekitar termaktup dalam kutipan berikut:

“Larut malam itu, dalam posisi lamban yang membuat beban tubuh meraka berkurang, Bird dan Himiko bercinta dalam kegelapan yang lembab selama sejam tanpa putus.”

Sehingga cerita pun begitu komplek, tanpa ada tekanan. Ini membuat cerita ini indah dan memberi kekebasan kepada penulis pemula yang mencari bentuk.



KESIMPULAN

Dari setiap karya sastra tidak bisa lepas dari bahasa. Dan bahasa yang kuat mempengaruhi karya sastra tersebut adalah iklim, pemerintahan dan budaya dimana penulis tinggal. Sehingga Gaya atau yang biasa disebut dengan style bukan hanya sebagai perwujudan gagasan, ide-ide dari seorang pengarang namun style juga sebagai cerminan jiwa penulis yang akhirnya bisa menjadi pemberi makna keindahan dan membuat sebuah karya sastra menjadi lebih hidup dan geraknya bebas tanpa ada tekanan.
Kompleksitas dan kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran karya sastra diantaranya meliputi; diksi, susunan kalimat, gaya bahasa. Gaya bahasapun memiliki bermacam-macam bentuk sehingga dengan itu karya sastra mempunyai kekayaan yang tak terduga bila pembaca atau peneliti mau memperdalami bahkan akan membantu perkembangan ilmu lain.
Dalam cerpen yang berjudul “Dongeng dari Afrika“ karya Kenzaburo Oe ini setelah dianalisis mencerminkan ungkapan dan duiksi yang sangat kaya yang membuktikankekayaan jiwa sang penulisnya. Karena kelincahan dan kekreatifan penulis di dalam memilih bahasa yang tepat untuk mengungkapkan suasana, karakter dan juga konteks terjadinya tragedi bisa dijelaskan dengan begitu detail.

DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin.1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.Bandung: Sinar Baru.

Natawijaya. F. Suparman. 1986. Apresiasi Stilistika. Bandung. PT. Intermeso

Keraf Gorys.1991. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia

Pradopo, Rahmat Djoko. 1995. Teori Pengkajian Fiksi.Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Pradopo, Rahmat Djoko.1994. Prinsip-Prinsip Kritik Sastra. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


KENZABURO OE
DONGEN DARI AFRIKA

Larut malam itu, dalam posisi lamban yang membuat beban tubuh meraka berkurang, Bird dan Himiko bercinta dalam kegelapan yang lembab selama sejam tanpa putus. Bagaikan binatang yang sedang melakukan pembuahan, mereka melakukannya dalam keheningan hingga selesai. lagi dan lagi Himiko terpekik saat mencapai puncak, dengan selang waktu pendek diselingi jeda yang meletihkan. Bird setiap kali teringat pada sensasi menerbangkan sebuah pesawat terbang mainan pada senja hari di lapangan permainan sekolahnya. Himiko melengkungkan tubuhnya sehingga membentuk lingkaran lebar, bergetar dan mengerang saat meniti jalan ke langit orgasme bagaikan sebuah pesawat terbang mainan bekerja oleh sebuah motor yang terbebani. Lalu dia turun kembali ke landasan pacu di mana Bird telah menunggu, dan saat hening yang berulang pun tercipta.
Seks bagi mereka kini telah berakar dalam sensasi ketenangan sehari-hari; Bird merasa seolah-olah telah bercinta dengan gadis itu selama lebih dari seratus tahun. Kelaminnya kini terasa begitu sederhana, dan tentunya, tak lagi menyembunyikan kecurigaan atas ketakutan-ketakutannya yang paling mendasar. Baginya kini, vagina Himiko adalah kesederhanaan itu sendiri, sekantong damar buatan yang lembut. Dia amat merasa damai, karena Himiko secara terbuka dan tanpa syarat membatasi hubungan seksual mereka hanya untuk objek kesenangan belaka.
Bird teringat bagaimana rasanya saat dia melakukannya dengan istrinya dan perasaan-perasaan ketakutan mereka. Bahkan kini, setelah bertahun-tahun perkawinan, mereka terposok pada perasaan muram setiap kali bersenggama. Kaki dan tangan Bird akan mendesak tubuh istrinya, layu dan kaku dalam pertarungan mengatasi rasa jijik dan istrinya menerimanya sebagai sebuah serangan. Lalu dengan merasa marah, dia akan memaki Bird, bahkan mencoba untuk balas menyerang. Akhirnya, ujungnya selalu sama: dia akan terlibat dalam suatu pertengkaran tak berarti, menarik tubuh dari istrinya dan terus menjauhi hingga sepanjang malam, atau dia menyelesaikan ketergesaannya dengan sebuah kepahitan Bird sempat menggantungkan harapan akan terjadinya revolusi dalam kehidupan seks mereka setelah kelahiran seorang anak dan...
Karena Himiko secara berulang meremas penis Bird bagaikan sebuah tangan memerah susu pada saat gadis itu memutarkan langit-langit pribadinya, Bird memilih orgasme paling bernafsu Himiko sebagai saat yang tepat bagi dirinya sendiri. Tapi ketakutan pada malam panjang yang mengikuti setiap akhir persetubuhan mereka terus menahannya. Dengan dungu Bird bermimpi tentang tidur yang paling melenakan, menggapai lekukan lembut menuju puncak kenikmatan.
Tapi Himiko terus terbang, jatuh menukik ke landasan dalam sebuah liukan lembut dan tiba-tiba menari kembali ke angkasa bagaikan layang-layang yang terperangkap. Saat kembali mendarat di landasan yang salah, Bird mendengar bunyi telepon berdering. Dia mencoba bangkit, tapi Himiko menjepitkan tangannya melingkari punggungnya. "Teruskan, Bird," katanya sesaat kemudian, seraya menggendorkan pelukannya. Bird melompat ke arah telepon yang masih berdering di ruang tengah. Terdengar suara lelaki muda menanyakan ayah seorang bayi yang sedang dirawat di rumah sakit universitas. Bird mengejang, menjawabnya dengan suara seperti dengungan nyamuk. Telepon itu membawa pesan dari dokter.
"Maaf, kami terlambat memberi tahu, tapi kami sangat sibuk disini," kata suara itu dari kejauhan. "Saya meminta Anda untuk hadir pada pembedahan otak jam sebelas besok pagi. Ini dari kantor asisten Direktur. Dokter bermaksud menelpon Anda secara langsung, tapi dia berhalangan. Kami sangat sibuk sehingga terlambat memberi tahu!"
Bird menarik nafas panjang dan berpikir: bayi itu mati, asisten Direktur akan melakukan otopsi.
"Aku paham. Aku akan datang besok jam sebelas. Terima kasih."
Bayi itu makin lemah dan mati! Bird berkata pada dirinya sendiri saat meletakkan kembali gagang telepon. Tapi kunjungan macam apa yang dilakukan oleh maut pada sang bayi itu sehingga dokter perlu mengingatkannya terlebih dahulu? Bird merasakan pahitnya empedu yang meluap dari dalam perutnya. Sesuatu yang besar dan luar biasa menatap padanya dari kegelapan tepat di hadapan matanya. Seperti seorang entomologi yang terperangkap dalam sebuah gua hidup-hidup dengan seekor kalajengking, Bird berjingkat ke ranjang, gemetar dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ranjang itu, sebuah sarang yang aman; dalam hening Bird terus gemetar. Lalu, seolah-olah berusaha menggali kepuasan di kedalaman sarang itu, dia mencoba memasuki tubuh Himiko. Dengan tak sabar ia mengalami kegagalannya dan hanya separuh ereksi. Jari jemari Himiko membimbing Bird. Dengan cepat rangsangannya membangkitkan gerakan binal gadis itu. Pada saat pasangannya mencapai klimaks, Bird mundur dan terpuruk dalam masturbasi hampa. Menyadari pukulan godam di belakang dadanya sebagai rasa sakit, Bird tergeletak lunglai di samping Himiko dan merasa percaya tanpa alasan bahwa suatu hari dia akan mati karena serangan jantung.
"Bird, kamu benar-benar tampak ngeri," kata Himiko, mengeluh seraya menatap aneh wajah Bird melalui kegelapan.
"Ah, maafkan aku."
"Bayi itu?"
"Ya," sahud Bird, ketakutan.
"Apakah itu tantang kantor Asisten Direktur?"
"Sebaiknya kamu minum pil tidur dengan wiski lalu tidur, kamu tak perlu menunggu telepon itu berdering lagi." Suara Himiko terdengar lembut.
Saat Himiko hendak menyalakan lamu di sisi ranjang dan pergi ke dapur, Bird menutup matanya untuk menghindari cahaya lampu, menghalanginya dengan tangannya dan mencoba menyingkirkan kerikil tajam yang menancap di otaknya—mengapa bayi sekarat itu membuat dokter sibuk dengan selarut ini? Tapi Bird segera diserang oleh rasa takut. Dengan membuka sedikit matanya, dia meraih gelas dari tangan Himiko yang sepertinya berisi wiski dan memingit beberapa pil tidur, menelannya dengan sekali telan, dan kembali memejamkan matanya.
"Itu bagianku juga," kata Himiko.
"Ah maafkan aku," ulang Bird dengan tolol.
"Bird?" Himiko berbaring di atas ranjang, dengan mengambil jarak dari sisi Bird.
"Ya?"
"Aku akan menceritkan padamu menceritakan dongeng sampai wiski dan pil itu bekerja—satu bagian dari novel Afrika. Apakah kamu pernah membaca tentang hantu perompak?"
Bird menggelengkan kepalanya dalam kegelapan.
"Ketika seseorang perempuan mengandung, hantu perompak memilih salah satu di antara mereka untuk menyelinap ke dalam rumah perempuan itu. Sepanjang malam, hantu itu mengganyang janin yang sesungguhnya dan masuk ke dalam rahim. Saat hari kelahiran, hantu itu lahir sebagai janin yang tak berdosa..."
Bird mendengarkan dalam hening. Sejak dulu kala, banyak sekali bayi yang terserang penyakit. Saat ibu mereka memberi sesajen dan berharap dapat menolong anaknya, hantu perompak diam-diam menyembunyikan diri dalam lubang rahasia. Bayi-bayi ini tak pernah sembuh. Apabila bayi itu mati dan tiba saatnya untuk dikubur, hantu itu kembali ke ujud asalnya dan kabur dari kuburan, kembali ke sarang para hantu perompak dengan membawa serta sesajen dari lubang persembunyiannya.
"...Janin itu terlahir sebagai bayi yang lucu sehingga membuat ibunya jatuh hati dan tak ragu-ragu memberikan yang dia minta. Orang-orang Afrika menamakan bayi itu 'anak-anak yang lahir ke dunia untuk mati', tapi bukankah indah sekali membayangkan betapa lucunya mereka, bahkan bayi-bayi mungil sekalipun!"
Barangkali Bird akan menceritakan kisah itu pada istrinya. Dan karena bayi kami dilahirkan untuk mati, perempuan itu akan membayangkannya sebagai seorang bayi yang amat cantik. Aku bahkan akan meralat memoriku sendiri. Dan itu kan menjadi penipuan terbesar seumur hidupku. Bayiku yang aneh mati tanpa perbaikan pada kepala kembarnya yang buruk, bayiku adalah seorang bayi yang aneh dengan dua buah kepala hingga waktu tak terbatas setelah kematiannya. Dan jika ada sesosok raksasa muncul sebagai algojo pada saat itu, bayi dengan dua kepala itu pasti akan terlihat olehnya, dan ayah bayi itu juga.
Merasakan perutnya mual, Bird membenamkan diri dalam tidurnya seperti sebuah pesawat terbang jatuh dari angkasa, tidur bisa membuat kita tertutup dengan cahaya impian. Dalam sisi-sisa ingatan kesadarannya, Bird mendengar bayang-bayang mendiang ibunya berbisik: "Bird, kau benar-benar akan merasa nyeri!" Bird melemparkan tubuhnya ke belakang seolah-olah sebuah beban berat tergantung di kepalanya dan seraya mencoba menutup kedua lubang telinganya dengan ibu jari, dia membenturkan sikunya pada mulut Himiko. Dengan meneteskan airmata karena kesakitan, Himiko menatap melalui kegelapan dan kawan tidurnya yang mengejang tak wajar. Himiko bertanya-tanya apakah Bird telah salah menafsirkan telepon dari rumah sakit. Mungkin bayi itu benar-benar mati; lagi pula, bagaimana mungkin dia menyembuhkanya dengan hanya dengan memberi susu terus menerus? Dan tidaklah mereka ingin agar Bird ada di rumah sakit untuk merundingkan soal operasi?
Kawannya tertidur di sampingnya dengan tubuh terlentang tak nyaman bagaikan seekor orang utan dalam kandang. Bau wiski yang menyengat tercium dari dengus nafasnya', terasa konyol dan menyedihkan bagi Himiko. Tapi tidur tidak menjadi istirahat sejenak sebelum kehebohan esok pagi. Himiko bangkit dari ranjang dan menyentakkan tangan dan kaki Bird; dia begitu berat seperti raksasa, tapi tubuh itu tak melawan. Ketika Bird berbaring terlentang dengan leluasan di atas ranjang sehingga dia bisa tidur lebih nyaman, Himiko menyelimuti dirinya dengan sehelai seprai dengan gaya seperti orang filsuf Yunani dan beranjak ke ruang tengah. Dia hendak mempelajari peta Afrika hingga saat matahari terbit.
***

Kenzaburo Oe yang dilahirkan di Shikoku, 1935, adalah peraih nobel sastra 1994. pengarang jepang ini mempublikasikan cerpen pertamnaya pada saat masih kuliah dan karirnya terus melesat dari tahun ke tahun. Beberapa karya pentingnya antara lain The Cacth (1958) yang memenangkan Akutagawa Pice dan Footbaal in the Firs Year of Mannen (1967) yang memenangkan Tanizaki Price..