Wednesday 10 March 2010

Pameran PUBER # 1 @ TEMBI CONTEMPORARY, Jogja:TEMBI CONTEMPORARY cordially invite you to the Opening of PUBER # 1 a group show by Paguyuban SIDJI

TEMBI CONTEMPORARY cordially invite you to the Opening of PUBER # 1
a group show by Paguyuban SIDJI

Paguyuban SIDJI is a group from Imogiri area, consisted of more than twenty artists, but only 18 will show their works. They are:

Alex Landung Purnomo
Dwi Haryanta
Fikri aka IPIQ
Gunadi
Joko Indaryanto
Jumadi
Kuat
Mardiyanto
Nurbaito
Nursyam Filantrophy
Pencus Santo
Rudi ' UDIK' Prastyanto
Sadarisman
Seppa Darsono
Suraji
Suharman
Suryadi
Yun Suroso

PUBER # 1 is a benchmark after working together as a group for 10 years. As they enter the puberty stage, they enjoy the euphoria of freedom and new findings. Witness their 'puberty'.

Opening on Tuesday, 9th March, 19.30 wib

Will be officiated by SAMUEL INDRATMA, President of Jogja Mural Forum
Entertaintment by: Campursari Soponyono and EsTehAnget Gamelan Company

The show will last till 30th March 2009



Kindest Regards
Rismilliana Wijayanti



--


TEMBI CONTEMPORARY
Jl. Parangtritis Km 8,5
Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul
Jogja 55186
INDONESIA

t : +62 274 6881919
f : +62 274 368321
e: info@tembicontempor ary.com
w: www.tembicontempora ry.com

OPENING HOURS
tues - sat 10 am - 6 pm
sunday 11 am - 5 pm

monday and public holiday CLOSED

Sumber: dari pesan FB Majalah Kidung

Pameran Adopt! Adapt! @ Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta

Adopt! Adapt!
(Menjumput dan Menyelaraskan)

Tujuh Bintang Art Space Yogyakarta
17 - 27 Maret 2010

Seniman

Agung Tato | Amrianis | Bambang "BP" Prasetyo | Dadang Imawan | Hadi Soesanto | Ekwan | I Nyoman Agus Wijaya | Iwan Sri Hartoko | Martono | M Sinnie | Mujiharjo | Nur khamim | Nico Siswanto | Rocka Radipa | Tato Kastareja | Totok Buchori | Yudi Sulistyo | Yoyok Sahaja | Wilman Syahnur | Yuli Kodo | Danny Ardiyanto | Klowor | Bonny setiawan

Praktik berkesenian bagi banyak kalangan perupa di Indonesia, khususnya yang bisa diamati di Yogyakarta, telah masuk dalam babakan yang telah lanjut. Dalam babakan itu, peran teknologi memiliki peran yang teramat penting. Pergumulan mereka bersama dengan pesatnya perkembangan teknologi ini dapat ditengarai dalam dua hal penting.

Pertama, teknologi menjadi perangkat utama dalam penciptaan karya, sehingga dari sanalah muasal karya yang dihasilkan itu berasal. Pada seniman jenis ini, kedudukan teknologi dalam kaitan dengan proses kreatifnya menjadi ideologis karena mendasarkan (nyaris) seluruh berkaryanya dengan bantuan perangkat teknologi.

Kedua, teknologi sebagai perangkat pembantu dalam proses kreatif. Di sini para perupa mencoba mengembangkan kecenderungan kreatif yang selama ini telah dilakoninya, dan memasukkan peran perangkat teknologi sebagai salah satu bagian dalam proses berkreasi. Teknologi sebagai alat bantu untuk mendukung dalam menajamkan tema yang telah jadi pilihannya. Namun teknologi bukan segala-segalanya bagi perupa semacam ini.

Pada poin kedua di ataslah saya sebut sebagai kemampuan seniman untuk beradaptasi atau menyesuaikan atau menyelaraskan (to adapt) dengan kebaruan-kebaruan teknologi yang ada di lingkungannya.

Di sisi pembicaraan lain, dewasa ini publik sulit sekali membuat identifikasi personal atau komunal untuk melihat sebuah karya seni rupa. Artinya, karya seniman yang berasal dari Yogyakarta, sebagai misal, bisa sangat jauh dari "identitas keyogyaan/kejawaann ya". Begitu juga dengan karya perupa dari Ranah Minang bisa tak beda jauh ("identitas visualnya") dari karya seniman di belahan Eropa atau Eropa.

Gejala ini mengemuka dimana-mana, dan menjadi bagian penting dari kerja kreatif seniman yang imajinasinya tidak seutuhnya didukung dan bersumber dari ide-ide lokal. Lokalitas terkadang seperti diingkari secara visual, meski secara konseptual hal ini masih belum beranjak jauh. Gejala ini saya kira dapat ditengarai sebagai sebuah cara seniman dalam bersiasat untuk memperbarui dunia gagasan dan implementasinya di medan kreatifnya, di atas kanvasnya. Saya kira gejala mengadopsi atau memungut atau menjumput (to adopt) ini banyak muncul pada lukisan-lukisan di Yogyakarta, atau bahkan di seluruh Indonesia.

Pada aspek yang menarik perhatian ini, yakni proses mengadaptasi (gejala kemajuan teknologi) dan mengadopsi (gejala visual yang melampaui problem lokalitas), maka pameran ini dikerangkai sebagai dasar kuratorial. Dengan demikian, para perupa peserta diharapkan bisa menggali lebih lanjut kecenderungan kreatif yang selama ini telah berlangsung, dan memberi penekanan pada aspek pengolahan aspek adaptasi dan adopsi dalam berkarya. Ikon-ikon visual yang bertitik berangkat pada problem kebudayaan lokal bisa lebih jauh digali dan dikembangkan, untuk kemudian bisa dikerangkai sebagai "lintas lokal", "lintas geografis", "lintas etnik", dan seterusnya, Istilah "lintas lokal" dan sejenisnya ini untuk menunjukkan bahwa problem kelokalan bisa menjadi titik pijak untuk lalu diperluas cakupannya sehingga melampaui (beyond) problem lokalitas (yang dirasa sempit) itu sendiri. Maka, sekali lagi, aspek-aspek penting yang dijumput dari kearifan lokal atau kejeniusan lokal bisa diberdayakan lebih lanjut untuk memberi tekanan lebih-dalam pada garis kuratorial.

Selamat Berkarya, Selamat Mengadaptasi dan Mengadopsi!

Salam,
Kuss Indarto
Kurator Pameran

more info :
www.tujuhbintang. com
http://blog. tujuhbintang. com

Sumber: Pesan dari FN Majalah Kidung

Pameran Pelarangan Buku @ Taman Ismail Marzuki, Jakarta

Pelarangan Buku = Menutup Jendela Dunia
7 March 2010

Kejaksaan Agung membredel lima buku di penghujung 2009. Lima buku terlarang itu diantaranya “Dalih Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto” karangan John Rosa; dan “Suara Gereja Bagi Umat Tertindas: Penderitaan, Tetesan Darah dan Cucuran Air Mata Umat Tuhan di Papua Barat Harus Diakhiri”, karya Socratez Sofyan Yoman.

Sikap ini semakin menegaskan realitas bahwa praktek pelarangan buku oleh institusi negara tidak pernah hilang bahkan setelah reformasi. Dahulu, pelarangan buku sangat dikenal dan diasosiasikan dengan watak otoritarianisme rejim orde baru. Tak hanya pelarangan, tindakan represif ini pada masa lalu juga diikuti dengan penyitaan buku secara paksa dan bahkan penangkapan dan pengadilan bagi mereka yang terkait dengan buku tersebut. Pengadilan atas Bambang Subono dan Isti di Yogyakarta di akhir tahun delapan puluhan, dimana mereka harus mendekam dipenjara lebih dari empat tahun karena kedapatan membawa salah satu buku sastra Pramoedya Ananta Toer merupakan salah satu contohnya.

Padahal, masa reformasi yang digulirkan pada 1998 mendorong lahirnya reformasi konstitusional yang memperkuat jaminan hukum positif perlindungan hak asasi di Indonesia. Hal itu diikuti pula dengan ratifikasi dua konvenan internasional utama hak asasi manusia yakni kovenan hak sipil dan politik dan kovenan internasional hak ekonomi sosial dan budaya di tahun 2005 melalui UU no 11 dan 12 tahun 2005.. Langkah pemerintah ini semakin mengukuhkan jaminan normatif perlindungan hak asasi pada masa transisi. Namun, keberlangsungan praktek pelarangan buku ini tentu menimbulkan sejumlah pertanyaan kritis atas komitmen perlindungan hak asasi khususnya maupun arah reformasi secara umum.

Dewan Kesenian Jakarta yang salah satu misinya mengakomodasi terciptanya iklim inspiratif demi pengembangan kreatifitas dan penciptaan karya, berada dalam satu barisan dengan ELSAM, ISSI, Ruang Rupa, Grafis Sosial, YLBHI, Yayasan Jurnal Perempuan, Komunitas Goodreads Indonesia dan Forum Indonesia Membaca, melawan tindakan anti kebebasan berpikir dalam kasus pembredelan buku-buku yang dilakukan oleh Kejaksaan Agung.

Serangkaian peristiwa seni mulai dari pameran, pertunjukan hingga karya seni di ruang publik akan menggarap tema serupa : Pelarangan Buku = Menutup Jendela Dunia. Acara ini akan berlangsung mulai 14 - 17 Maret 2010 di Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki.

http://www.dkj.or.id/?opt=pages&cidsub=8&pages_id=546


Pameran “Pelarangan Buku = Menutup Jendela Dunia”
Minggu, 14 – 17 Maret 2010
17.00 WIB - selesai
Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki

Pertunjukan Musik
Efek Rumah Kaca (ERK)
Homicide

SARASEHAN SENIMAN
Senin, 15 Maret 2010
18.00 – 20.00 WIB
Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki

DISKUSI Sesi I
Selasa, 16 Maret 2010
13.00 – 15.00 WIB
Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki

Mengkaji masalah pelarangan buku dari aspek Hukum, HAM dan Filsafat. Diskusi ini sedianya juga akan mengundang Jaksa Agung Muda bidang Intelijen, Kejaksaan Agung RI yang akan menjelaskan proses pelarangan buku.

Aspek Hukum dan HAM: Melihat pelarangan buku dari aspek hukum dan HAM
Nara sumber : Patra M. Zen ( Direktur YLBHI)

Pelarangan buku: kajian dari perspektif Filsafat Politik
Nara sumber : Rocky Gerung (Dosen Filsafat FIB UI)*

DISKUSI Sesi II
Dampak Pelarangan Buku Terhadap Masyarakat Pengguna Informasi
Selasa, 16 Maret 2010
15.30 – 17.30 WIB
Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki

Dampak pelarangan buku bagi pegiat informasi di dunia maya.
Nara sumber: Agus Hamonangan (Moderator Forum Pembaca Kompas)*

Dampak pelarangan buku bagi komunitas para pembaca buku
Nara sumber: Amang Suramang ( Komunitas Goodreads)

Dampak Pelarangan buku bagi komunitas penulis
Nara Sumber: Happy Salma*

Dampak Pelarangan buku bagi Penerbit
Nara sumber : Ketua Ikapi
http://www.dkj.or.id/?opt=pages&cidsub=8&pages_id=545&submenu=agenda

Sumber: pesan dari FB Majalah Kidung

SURABAYA KEMBALI, 20 MARET 2010 @ Pelataran Tugu Pahlawan Surabaya

Penjajahan pernah berlangsung berabad-abad lamanya di negeri ini.
Kala itu, bangsa asing berbondong datang ke negeri ini. Kemudian mereka membangun pabrik-pabrik, pasar, jalan, pelabuhan, dan semua infrastruktur. Sehingga di mata dunia, ia nampak melakukan pembangunan, padahal sejatinya ia merampok semua kekayaan kita. ...Selebihnya, bangsa ini hanya menjadi budak.

64 tahun pasca Indonesia merdeka, pabrik-pabrik bertebaran, pusat perbelanjaan bercokol dimana-mana, modal asing menggerojok deras. Pembangunan segala bidang katanya.Apakah negeri ini mau belajar pada sejarahnya?

Dan Surabaya bergolak. Dipimpin Munir, arek-arek Surabaya melakukan perlawanan pada pemerintah.
Saksikan selengkapnya dalam pentas teater BENGKEL MUDA SURABAYA:

SURABAYA KEMBALI

Sabtu, 20 Maret 2010, pukul 19.00WIB
Pelataran Tugu Pahlawan, Surabaya

Acara ini terselenggara atas kerjasama UPTD Tugu Pahlawan dan Museum Sepuluh November

Sumber: Pesan dari FB Majalah Kidung

Dewan Kesenian Surabaya Siap Bangkitkan Ludruk

Dewan Kesenian Surabaya Siap Bangkitkan Ludruk
Sabtu, 6 Maret 2010 | 14:42 WIB

SURABAYA, KOMPAS.com —Dewan Kesenian Surabaya siap membangkitkan kesenian ludruk yang merupakan perpaduan antara lawak dan sandiwara yang mengandung unsur kritik. ”Kami siap (membangkitkan ludruk), tapi kami masih menunggu turunnya anggaran dari Pemkot Surabaya,” kata Ketua DKS Sabrot D Malioboro di Surabaya, Sabtu (6/3/2010).
Menurut Ketua DKS periode 2009-2014 itu, Wali Kota Surabaya sudah menjanjikan dana hibah untuk pengembangan DKS sebesar Rp 100 juta per tahun yang diberikan sebesar Rp 25 juta per triwulan. ”Kalau memang triwulan, bulan ini seharusnya sudah ada pencairan dana hibah itu, padahal kami sudah mempunyai program untuk pengembangan sejumlah komunitas kesenian, termasuk ludruk,” katanya.
Bahkan, kata ketua yang terpilih sejak 18 Februari 2009 ini, lembaga yang dipimpinnya sudah menyiapkan acara besar untuk menyambut HUT Surabaya pada akhir Mei mendatang. ”Meski begitu, komite sastra dan seni rupa sudah rutin menggelar diskusi karya-karya terbaru pada setiap bulan. Kalau anggaran turun, kami akan berikan dana untuk mereka,” katanya.
Ditanya tentang pengurus DKS yang tidak aktif, ia menyebutkan, hanya sekitar 15 persen dari 17 pengurus yang tidak aktif, tetapi aktivitas seniman memang tidak terjadwal. ”Kalaupun ada yang tidak datang ke Sekretariat DKS, mereka umumnya telepon ke saya. Contohnya, mereka bilang sedang ada pameran bersama di luar Jatim,” katanya.
Senada dengan itu, Ketua Bengkel Muda Surabaya Farid Syamlan, yang juga Sekretaris II DKS, mengatakan, kepengurusan DKS dalam kurun setahun memang berupaya memperoleh anggaran dari Pemkot Surabaya.
”Tapi, mungkin rekan-rekan DKS belum terbiasa bekerja secara organisasi sehingga pemberdayaan sanggar dan komunitas seniman yang menjadi kewajiban DKS terkesan ’mandek’ (terhenti),” katanya.
Peneliti ludruk, James L Peacok (1963-1964), mencatat, di Surabaya terdapat 594 grup ludruk, tetapi pada 1980-an diperkirakan tinggal sekitar 20 grup.Pemain ludruk yang cukup dikenal di Jatim adalah Markeso, Kartolo, dan sebagainya. Sedangkan pendobrak kesenian ludruk yang dikenal, antara lain, Cak Durasim.
http://oase.kompas.com/read/2010/03/06/14422549/Dewan.Kesenian.Surabaya.Siap.Bangkitkan.Ludruk

Sumber: Pesan dari FB Majalah Kidung

Buku Kumcer Agus Noor (Bentang Pustaka, 2010)SEPOTONG BIBIR PALING INDAH

SEPOTONG BIBIR PALING INDAH (Bentang Pustaka, 2010), merupakan buku yang menghimpun karya-karya puncak cerpenis Agus Noor. Pada buku inilah terlihat pencapain estetis dan eksplorasi Agus dalam bercerita. Seperti apakah kemampuannya dalam bercerita? Beli saja bukunyaa, buku di kota Anda. Tapi, apakah Anda ingin punya buku edisi... spesial yang bertandatangan penulisnya?

IDEA Production bekerjasama dengan Agus Noor Management memberi kesempatan bagi Anda untuk memiliki buku bertanda tangan Agus Noor, SEPOTONG BIBIR PALING INDAH. Anda bisa membelinya dengan cara:

http://situseni.com/index.php?p=detail&rubrik=7&id=3130


Sumber: Pesan dari FB Situseni

Siaran Pers Kejagung RI : Pelarangan Peredaran Barang Cetakan Berupa 5 Buah Buku

28-12-2009
Pelarangan Peredaran Barang Cetakan Berupa 5 Buah Buku
Menjawab pertanyaan wartawan terkait pelarangan peredaran buku / barang cetakan oleh Kejaksaan Agung, bersama ini disampaikan siaran pers sebagai berikut :
1. Berdasarkan Annual Report Kejaksaan Tahun 2009 yang telah disampaikan oleh Jaksa Agung RI dan para Jaksa Agung Muda pada tanggal 23 Desember 2009, Kejaksaan Agung telah mengumumkan pelarangan peredaran dan penggandaan barang cetakan berupa 5 (lima) buah buku, yaitu :
• a. Keputusan Jaksa Agung Nomor KEP-139/A/JA/12/2009 tanggal 22 Desember 2009 Tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Berupa Buku Berjudul Dalih Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, karangan John Roosa, Penerjemah Hersiri Setiawan, Penerbit Institut Sejarah Sosial Indonesia Jl. Pinang Ranti No.3 Jakarta, Hasta Mitra Jl. Duren Tiga Selatan No.36 Jakarta Selatan di seluruh Indonesia.
• b. Keputusan Jaksa Agung Nomor KEP-140/A/JA/12/2009 tanggal 22 Desember 2009 Tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Berupa Buku Berjudul Suara Gereja Bagi Umat Tertindas Penderitaan, tetesan Darah dan cucuran Air Mata Umat Tuhan Di Papua Barat Harus Diakhiri, Karangan Socratez Sofyan Yoman, Penerbit Reza Enterprise Jl. Penggalang VIII No.38 Jakarta Timur diseluruh Indonesia.
• c. Keputusan Jaksa Agung Nomor KEP-141/A/JA/12/2009 tanggal 22 Desember 2009 Tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Berupa Buku Berjudul Lekra Tak Membakar Buku Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965, Karangan Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan, Penerbit Merakesumba Lukamu Sakitku Pugeran Maguwoharjo Jogjakarta, Desain Sampul Eddy Susanto diseluruh Indonesia.
• d. Keputusan Jaksa Agung Nomor KEP-142/A/JA/12/2009 tanggal 22 Desember 2009 Tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Berupa Buku Berjudul Enam Jalan Menuju Tuhan, karangan Darmawan, MM, Penerbit PT. Hikayat Dunia Jl. Jatayu Dalam II/5 Bandung, Perwakilan Jakarta : Jl. Kayumanis VII No.40 Jakarta Timur, Pencetak PT. Karyamanunggal Lithomas Bandung di seluruh Indonesia.
• e. Keputusan Jaksa Agung Nomor KEP-143/A/JA/12/2009 tanggal 22 Desember 2009 Tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Berupa Buku Berjudul Mengungkap Misteri Keberagaman Agama, karangan Drs. H. Syahrudin Ahmad, Penerbit Yayasan Kajian Al-Qur’an Siranindi (YKQS) Palu Jl. Jambu No.50 Palu Sulawesi Tengah di seluruh Indonesia.
2. 5 (lima) Keputusan Jaksa Agung RI tersebut selain melarang peredaran dan penggandaan 5 (lima) buah buku tersebut juga mewajibkan kepada mereka yang menyimpan, memiliki, dan memperdagangkan barang cetakan tersebut untuk menyerahkan kepada Kejaksaan Tinggi dan Kejaksaan Negeri setempat, dan mewajibkan kepada Kejaksaan, Kepolisian atau Alat Negara lainnya yang mempunyai wewenang memelihara ketertiban umum untuk melakukan pensitaan terhadap barang cetakan tersebut dan pelanggaran terhadap Keputusan Jaksa Agung RI tersebut diancam dengan hukuman sebagaimana diatur dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 4/PNPS/1963 tanggal 23 april 1963 Tentang Pengamanan terhadap Barang-barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum jo. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 tanggal 5 Juli 1969 tentang Pernyataan Berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan Presiden Sebagai Undang-Undang.
3. Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Jaksa Agung tersebut, Jaksa Agung RI telah mengeluarkan 5 (lima) Instruksi Jaksa Agung RI kepada Kepala Kejaksaan Tinggi Seluruh Indonesia dan Kepala Kejaksaan Negeri Seluruh Indonesia untuk melakukan pensitaan terhadap barang cetakan berupa 5 (lima) buah buku, yaitu :
• a. Instruksi Jaksa Agung RI Nomor : INS-002/A/JA/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Buku Berjudul Dalih Pembunuhan Massal Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, karangan John Roosa, Penerjemah Hersri Setiawan, Penerbit Institu Sejarah Sosial Indonesia Jl. Pinang Ranti No.3 Jakarta, Penerbit Hasta Mitra Jl. Duren Tiga Selatan No.36 Jakarta Selatan di seluruh Indonesia.
• b. Instruksi Jaksa Agung RI Nomor : INS-003/A/JA/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Buku Berjudul Suara Gereja Bagi Umat Tertindas Penderitaan, tetesan Darah dan cucuran Air Mata Umat Tuhan Di Papua Barat Harus Diakhiri, karangan Socratez Sofyan Yoman, Penerjemah Reza Enterprise Jl. Penggalang VIII No.38 Jakarta Timur diseluruh Indonesia.
• c. Instruksi Jaksa Agung RI Nomor : INS-004/A/JA/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Buku Berjudul Lekra Tak Membakar Buku Suara Senyap Lembar Kebudayaan Harian Rakjat 1950-1965, karangan Rhoma Dwi Aria Yuliantri dan Muhidin M. Dahlan, Penerbit Merakesumba Lukamu Sakitku Pugeran Maguwoharjo Jogjakarta, Desain Sampul Eddy Susanto diseluruh Indonesia.
• d. Instruksi Jaksa Agung RI Nomor : INS-005/A/JA/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Buku Berjudul Enam Jalan Menuju Tuhan, karangan Darmawan, MM, Penerbit PT. Hikayat Dunia Jl. Jatayu Dalam II/5 Bandung, Perwakilan Jakarta : Jl. Kayumanis VII No.40 Jakarta Timur, Pencetak PT. Karyamanunggal Lithomas Bandung di seluruh Indonesia.
• e. Instruksi Jaksa Agung RI Nomor : INS-006/A/JA/2009 tanggal 22 Desember 2009 tentang Larangan Beredar Barang Cetakan Buku Berjudul Mengungkap Misteri Keberagaman Agama, karangan Drs. H. Syahrudin Ahmad, Penerbit Yayasan Kajian Al-Qur’an Siranindi (YKQS) Palu Jl. Jambu No.50 Palu Sulawesi Tengah, Percetakan Trisan Grafika Jakarta di seluruh wilayah Indonesia.
4. Kriteria pelarangan peredaran 5 (lima) buku tersebut didasarkan atas Pedoman/Tolok Ukur yaitu Mengganggu Ketertiban Umum. Pengertian Mengganggu Ketertiban Umum harus dihubungkan dengan dasar-dasar tata tertib kehidupan rakyat dan Negara pada suatu saat seperti merusak kepercayaan masyarakat terhadap pimpinan nasional, merugikan akhlak, memajukan percabulan dan lain sebagainya yang dapat mengakibatkan terganggunya ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan.
5. Termasuk Mengganggu Ketertiban Umum contohnya antara lain adalah barang cetakan yang berisikan tulisan-tulisan atau gambar-gambar/lukisan-lukisan yang bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, GBHN atau sekarang RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang), mengandung dan menyebarkan ajaran/paham Komunis/Marxisme-Leninisme yang dilarang berdasarkan TAP MPRS XXV/MPRS 19966, merusak kesatuan dan persatuan masyarakat, bangsa dan Negara Kesatuan RI, merusak kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan, merugikan dan merusak pelaksanaan Program Pembangunan Nasional yang tengah dilaksanakan dan hasil-hasil yang telah dicapai.
6. Terkait dengan Buku yang berjudul Membongkar Gurita Cikeas : Dibalik Skandal Bank Century, Karangan George Junus Aditjondro, Penerbit Galang Press, Kejaksaan Agung RI belum menentukan sikap karena Tim Interdep yang tergabung dalam “Clearing House” belum memberikan rekomendasi kepada Jaksa Agung RI, saat ini masih dilakukan penelusuran untuk dilakukan penelitian dan pengkajian atas buku tersebut.
Demikian Siaran Pers Puspenkum Kejaksaan RI untuk dipublikasikan.


KEPALA PUSAT PENERANGAN HUKUM



DIDIEK DARMANTO, SH.MH
JAKSA UTAMA MUDA NIP. 195404291974011001
Sumber:
Situs Resmi Kejaksaan Agung, 28 Desember 2009
http://www.kejaksaan.go.id/siaranpers.php?idu=22&id=244


sumber: Pesan dari Fb Majalah Kidung

INDONESIA DANCE FESTIVAL KE-10

INDONESIA DANCE FESTIVAL KE-10
SIAP DILAKSANAKAN JUNI MENDATANG DI JAKARTA


(IKJ,Jakarta) Berawal dari keprihatinan beberapa seniman tari tentang seni tari di Indonesia, maka pada tahun 1992 dosen-dosen Fakultas Seni Pertunjukkan, Dr Sal Murgiyanto, Nungki Kusumastuti, Melina Surjadewi, Maria Darmaningsih, Dedy Luthan, Tom Ibnur, serta didukukung oleh Farida Oetojo, Sardono W.Kusumo, dan lainnya mendirikan Indonesian Dance Festival (IDF)
Selama hampir 2 dasawarsa IDF meramaikan jagat tari internasional, telah lahir banyak koreografer muda yang kini telah menjadi koreografer terkemuka baik di negeri ini maupun di luar negeri. Sebut saja Martinus Miroto, Boi G.Sakti, Eko Supriyanto, Mugiyono Kasido dan lain-lain.
Tujuan IDF selain sebagai ajang pertemuan koreografer maupun penari dari dalam dan luar negeri dengan orientasi artistik dan budaya yang berbeda, juga sebagai sarana pendorong aktivitas dan kreatifitas seniman untuk terpacu bekerjasama lintas negara. Menurut Maria Darmaningsih, Direktur Eksekutif IDF,”IDF selalu berupaya melakukan kolaborasi dengan berbagai tingkatan koreografer dari berbagai negara. Dengan begitu, diharapkan koreografer Indonesia akan mendapat berbagai wawasan dan pengetahuan yang lebih luas mengenai dunia tari”.
Karena konsistensi dan eksistensinya selama bertahun-tahun dan karena IDF dianggap telah membawa nama Indonesia di dunia internasional di bidang seni tari kontemporer, maka pada tahun 2008, IDF dikukuhkan oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo menjadi festival tari resmi Jakarta, sehingga IDF kini bernama Indonesian Dance Festival Jakarta International Performing Arts Festival. “Adalah suatu yang membanggakan bahwa IDF telah dianggap membawa nama baik bangsa khususnya Jakarta. Untuk itulah IDF akan selalu berusaha agar setiap penyelenggaraan festival ini dilaksanakan dengan standar pementasan internasional, menampilkan karya yang bermutu dari koreografer yang telah berpengalaman internasional dari masing-masing negara”, tambah Maria.
Festival dua tahunan ini telah memasuki putaran ke-10 dengan tema tema “Powering the Future”, dan dilaksanakan di Jakarta, tepatnya di Taman Ismail Marzuki dan Institut Kesenian Jakarta pada tanggal 14-17 Juni 2009. Berdasarkan keputusan para artistic board, yaitu Sal Murgiyanto, Tang Fu Kuen, Daisuke Moto, Boi G.Sakti dan I Wayan Dibia maka tahun ini peserta IDF yang berasal Indonesia, Jepang, Korea, Singapura, Jerman, Taiwan, Malaysia, Amerika Serikat, Inggris, Kamboja, dan Afrika Selatan.
Peristiwa penting yang akan melibatkan ratusan koreografi, penari dan pengamat seni ini selain menyajikan pementasan utama dan emerging choregraphy juga akan menyelenggarakan acara diskusi.
IDF tahun ini diselenggarakan bertepatan dengan 40 tahun Institut Kesenian Jakarta yang jatuh pada tanggal 26 Juni 2010, yang akan menjadi highlite dari semua rangkaian acara memperingati Dies Natalis Institut Kesenian Jakarta. Menurut Wagiono Sunarto, Rektor IKJ, IDF telah menjadi salah satu acara yang selalu dinanti-nantikan oleh seluruh kalangan baik di lingkungan internal maupun eksternal IKJ. Tak dapat dipungkiri, bahwa IDF merupakan laboratorium seni bagi mahasiswa IKJ. IDF adalah salah satu produk seni andalan IKJ yang mampu meningkatkan kemampuan mahasiswa baik di bidang seni itu sendiri maupun manajemen seni pertunjukkan, tambahnya.
Program IDF kali ini mempunyai keistimewaan dibanding tahun-tahun sebelumnya, dimana akan ditampilkan karya para maestro tari Indonesia. Karya mereka diharapkan akan menjadi inspirasi dan menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap perkembangan tari di Indonesia. (ASP)


Sekretariat:
Indonesian Dance Festival
Institut Kesenian Jakarta
Jl. Cikini Raya 73
Jakarta Pusat
T/F: 31903916
Email: idf08@yahoo.com

Sumber: Pesan dari FB Majalah Kidung

Taman Bacaan Masyarakat Berpotensi Besar

Taman Bacaan Masyarakat Berpotensi Besar
Kompas, Senin, 8 Maret 2010 | 04:23 WIB
Jakarta, Kompas - Gerakan literasi dan budaya membaca yang menjangkau masyarakat daerah dapat dipercepat dan ditingkatkan dengan mengoptimalkan taman bacaan masyarakat.
Tercatat sekitar 5.000 taman bacaan masyarakat (TBM) di seluruh Indonesia berpotensi mengembangkan program literasi lokal dari komunitas lokal.
”Selama ini, sejumlah fasilitas membaca, seperti perpustakaan, terasa menakutkan karena terkesan hanya orang sekolahan yang masuk ke dalamnya,” ujar
Ketua Forum Taman Bacaan Masyarakat Indonesia Heri Hendrayana Harris di Jakarta, akhir pekan lalu.
Heri atau lebih dikenal sebagai Gola Gong mengungkapkan, TBM bisa berada di garda depan pemberantasan buta aksara dan menumbuhkan minat baca karena mudah diakses masyarakat, tidak eksklusif, dan membumi.
Pada TBM, warga setempat dapat mengakses berbagai referensi, sekaligus menjadi wadah bagi komunitas untuk beraktivitas sesuai karakter dan potensi daerah tersebut. ”Taman-taman bacaan yang ada perlu difasilitasi untuk berbagai praktik cerdas dan terbaik pengelolaan sehingga taman bacaan dapat dikelola secara lebih kreatif dan profesional,” ujar Heri yang juga pengelola TBM Rumah Dunia Serang.
Bentuk kegiatan terkait literasi, antara lain pelatihan, pertunjukan, aneka lomba, dan pengumpulan buku atau wakaf buku dari masyarakat untuk TBM setempat.
Salah satu kegiatan yang telah berlangsung ialah Cipanas Membaca yang akan menjalar ke sejumlah daerah lain, seperti Padang, Riau, Makassar, Samarinda.
Saat ini, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan TBM di pusat-pusat perbelanjaan atau mal dengan sebutan TBM@mall. Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional Ella Yulaelawati mengatakan, rintisan TBM@mall akan dimulai di lima pengelola pusat perbelanjaan di Jakarta. Selain di Jakarta, juga akan dilakukan di Serang, Banten, dan Makassar.
Ella mengatakan, untuk rintisan TBM disediakan dana hibah Rp 70 juta. Jika dilengkapi dengan pembelajaran komunitas dan aktivitas-aktivitas lain, disediakan dana Rp 200 juta.
Sementara itu, untuk menyambut Hari Buku Sedunia pada 23 April, Forum Indonesia Membaca bakal menggelar World Book Day Indonesia dengan mengangkat tema ”Kepergok Membaca”. Salah satu program utamanya, yaitu Kampanye 1.000 Foto Kepergok Membaca yang akan ditampilkan online di situs web www.worldbookdayindonesia.org.
Masyarakat diajak berpartisipasi untuk 1.000 Foto Kepergok Membaca dengan mengirimkan foto ke worldbookdayindonesia@gmail.com paling lambat 30 Maret 2010. Kampanye itu bukan kompetisi, melainkan sebuah festival atau perayaan partisipatif bersifat nirlaba. (ELN)
http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/03/08/04231433/taman.bacaan.masyarakat.berpotensi.besar

Sumber: dari pesan Fb Majalah Kidung

Pemutaran khusus film DUO KRIBO

DUO KRIBO film yang di produksi tahun 1977 karya sutradara Eduart P Sirait yang dibintangi oleh Ucok AKA Haraphap dan Achmad Albar. Film ini tidak hanya sukses di Indonesia, bahkan sukses di Malyasia dan Singapura .

Film yang sesuai dengan nama dari group band ini belum pernah diputar kembali selama ini, karena copy film ini tidak pernah diketahui dimana keberadaannya bahkan di SINEMATEK INDONESIA tidak memiliki copy film tersebut. Secara tidak sengaja Kineforum menemukan copy film DUO KRIBO di Interstudio (PH dari film DUO KRIBO)

Dalam Bulan Film Nasional 2010, Kineforum dengan bangga akan memutar kembali film DUO KRIBO dalam program PUBLIK untuk RUANG PUBLIK. Film ini akan diputar tanggal 14 Maret 2010 jam 14.15 di Kineforum.

Selain pemutaran film DUO KRIBO, akan diselenggarakan juga diskusi dengan tema "MUSIK ROCK, FILM, dan ANAK MUDA" setelah diskusi akan dilanjutkan dengan Konser Musik dengan tema "ROCK" oleh GRIBS – THAT’S ROCKEFELLER – THE TREES & THE WILD

Informasi lebih lengkap silakan lihat :
http://kineforum.wordpress.com/2010/03/05/publik_untuk_ruangpublik/

Mari membuat sejarah
Kineforum
"nonton film-film dari seluruh dunia setiap harinya"
21 TIM, Studio 1
Jln Cikini Raya No 73 -Kompleks Taman Ismail Marzuki-
phone : (021) 316 27 80 / 398 99 634
www.kineforum. wordpress. com
add ours facebook, multiply dan twitter : kineforumdkj@ yahoo.co. id

Sumber: Pesan dari FB Majalah Kidung

World Theatre Day - 27 March: 27 Maret, Hari Teater Sedunia

World Theatre Day Message
Author of the World Theatre Day Message 2010
Dame Judi Dench - Message 2010
World Theatre Day is an opportunity to celebrate Theatre in all its myriad forms. Theatre is a source of entertainment and inspiration and has the ability to unify the many diverse cultures and peoples that exist throughout the world. But theatre is more than that and also provides opportunities to educate and inform.

Theatre is performed throughout the world and not always in a traditional theatre setting. Performances can occur in a small village in Africa, next to a mountain in Armenia, on a tiny island in the Pacific. All it needs is a space and an audience. Theatre has the ability to make us smile, to make us cry, but should also make us think and reflect.

Theatre comes about through team work. Actors are the people who are seen, but there is an amazing set of people who are not seen. They are equally as important as the actors and their differing and specialist skills make it possible for a production to take place. They too must share in any triumphs and successes that may hopefully occur.
March 27 is always the official World Theatre Day. In many ways every day should be considered a theatre day, as we have a responsibility to continue the tradition to entertain, to educate and to enlighten our audiences, without whom we couldn’t exist.


World Theatre Day - 27 March



World Theatre Day was created in 1961 by the International Theatre Institute (ITI). It is celebrated annually on the 27th March by ITI Centres and the international theatre community. Various national and international theatre events are organized to mark this occasion. One of the most important of these is the circulation of the World Theatre Day International Message through which at the invitation of ITI, a figure of world stature shares his or her reflections on the theme of Theatre and a Culture of Peace. The first World Theatre Day International Message was written by Jean Cocteau (France) in 1962.

It was first in Helsinki, and then in Vienna at the 9th World Congress of the ITI in June 1961 that President Arvi Kivimaa proposed on behalf of the Finnish Centre of the International Theatre Institute that a World Theatre Day be instituted. The proposal, backed by the Scandinavian centres, was carried with acclamation.
Ever since, each year on the 27th March (date of the opening of the 1962 "Theatre of Nations" season in Paris), World Theatre Day has been celebrated in many and varied ways by ITI National Centres of which there are now almost 100 throughout the world.
Each year a figure outstanding in theatre or a person outstanding in heart and spirit from another field, is invited to share his or her reflections on theatre and international harmony. What is known as the International Message is translated into more than 20 languages, read for tens of thousands of spectators before performances in theatres throughout the world and printed in hundreds of daily newspapers. Colleagues in the audio-visual field lend a fraternal hand, more than a hundred radio and television stations transmitting the Message to listeners in all corners of the five continents.


International Theatre Institute ITI
UNESCO, 1 rue Miollis, F-75732 Paris cedex 15, France
Tel. +33 (0)1 45 68 48 80 / Fax: + 33 (0)1 45 68 48 84
iti@iti-worldwide.org / www.iti-worldwide.org

WORLD THEATRE DAY CELEBRATION
All theatres, theatre institutions, government institutions, ministries of culture and all theatre
makers and theatre lovers are invited to celebrate World Theatre Day, on March 27th.
In the past, the Centres and Cooperating Members of the International Theatre Institute have
participated in the celebration through:
- translation of the message and the biography of the author in their country’s language(s)
-promotion of the message to the public, especially to the theatre public at large
-reading of the message to theatre’s audiences on March 27th, before shows
-organisation of events such as international or national theatre festivals on or around
March 27
- organisation of special performances, symposiums, colloquiums and round tables
- circulation of information in the media
-giving of awards on that day
- day of ‘open doors’ or inauguration of new theatres
- a national message, written by a national author, parallel to the international message
- distribution of articles on theatre and comments on the International Message in journals
and newspapers
- radio and TV broadcasts about theatre
-special radio or TV programmes broadcasting theatre plays
-a ‘free entrance’ day or distribution of theatre tickets for free
-speeches of eminent personalities
-popular balls, fairs, processions, street theatre performances
- special posters
-edition of a special stamp
-charity performances for organisations in the field of theatre
-messages put on YouTube, Twitter, Facebook, etc.
Every fruitful idea to enrich the worldwide celebrations is welcome. There are no limits for one’s
inspiration!
Members of a Centre may also attend the event at UNESCO, usually organised by the General
Secretariat of the ITI and UNESCO.

Sumber: dari pesan FB Majalah Kidung

Bengkel Sastra: “Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SD se-Kecamatan Pacet’

Bengkel Sastra: “Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SD se-Kecamatan Pacet’
Tutor: Herry Lamongan dan Saiful Bakri

1. Latar Belakang

Salah satu wadah pembinaan dan penyaluran kreativitas generasi muda yaitu kegiatan bersastra. Sastra sebagai salah satu cabang kesenian, di Jawa Timur cukup banyak digemari oleh masyarakat. Terbukti banyak kegiatan sastra yang terus diselenggarakan di berbagai lembaga kesenian, semacam Taman Budaya, Dewan Kesenian, Dinas Pendidikan, atau kampus dan sekolah-sekolah negeri maupun swasta.
Sehubungan dengan banyaknya animo masyarakat terhadap sastra, khususnya genre puisi, maka tidaklah berkelebihan apabila Balai Bahasa Surabaya memprogramkan kegiatan bengkel sastra berupa pelatihan penulisan puisi bagi siswa SD se- Kecamatan Pacet. Melalui kegiatan tersebut, siswa sekolah dasar khususnya di kecamatan Pacet diharapkan akan memeroleh manfaat dan hiburan yang positif. Dalam penciptaan puisi ada teori yang harus diketahui dan dipelajari. Dengan pengetahuan tersebut proses penciptaan puisi lebih bermakna dan tepat.
Berangkat dari kondisi seperti di atas, Balai Bahasa Surabaya akan menyelenggarakan kegiatan Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SD se-Kecamatan Pacet.

2. Landasan Kegiatan
a. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 36
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman Bagi Kepala Daerah Dalam Pelesstarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah.
c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikab Nasional.
d. Putusan Kongres Bahasa Indonesia Tahun 1993, 1998, 2003, dan 2008.



3. Masalah
Penciptaan dan penikmatan karya sastra belum banyak digemari oleh sebagian besar generasi muda. Generasi muda lebih akrab dengan dunia eksakta dan elektronika dibandingkan dengan sastra. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengakrabkan kembali sastra kepada generasi muda khususnya siswa SD adalah melalui penciptaan puisi.
Menciptakan suatu karya sastra khususnya puisi bukanlah suatu kegiatan mudah namun bukan berarti tidak bisa dilakukan. Siapa saja bisa menciptakan puisi, tentang apa saja dan bertujuan apa saja.
Sehubungan dengan hal tersebut, dalam rangka bulan bahasa dan sastra tahun 2010, Balai Bahasa Surabaya, Departemen Pendidikan Nasional mengadakan kegiatan bengkel sastra tentang Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SD di Kecamatan. Pacet.

4. Maksud dan Tujuan
Kegiatan Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SD se-Kecamatan Pacet ini sebagai upaya membangkitkan minat para siswa dalam dunia kesastraan, menambah wawasan para siswa terhadap sastra puisi, dan mencetak siswa yang berpotensi dan berbakat dalam penulisan puisi.

5. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah para siswa SD se-Kecamatan Pacet.

6. Materi dan Tutor
Tutor dalam kegiatan Bengkel Bahasa: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SD se-Kecamatan Pacet adalah:
1. Hery Lamongan (Komunitas Sastra dan Teater Lamongan/Kostela)
2. Saiful Bakri (Dewan Kesenian Mojokerto/ DKM)
Materi yang diberikan dalam pelatihan ini adalah:
a. Teori Penulisan Puisi : 4 jam
b. Praktik Penulisan di Media Massa. : 8 jam
c. Ulasan Hasil Karya Peserta : 4 jam
Jumlah : 16 jam

7. Tempat Pelaksanaan
Kegiatan pelatihan Bengkel Bahasa: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SD se-Kecamatan Pacet dilaksanakan di SMP Negeri 3 Pacet..

8. Waktu Pelaksanaan
Kegiatan Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SD se-Kecamatan Pacet direncanakan dilaksanakan selama dua hari, yaitu tanggal 10—11 Maret 2010.

9. Jadwal Kegiatan
Jadwal kegiatan Bengkel Sastra: Pelatihan Penulisan Puisi bagi Siswa SD se-Kecamatan Pacet sebagai berikut:



No. Waktu Materi Pelaksana

1. Rabu, 10-3-2010
07.30—08.00 :Daftar ulang
08.00—08.30 :Pembukaan

08.30—09.00:Teori Penulisan Puisi
09.00—09.45:Teori Penulisan Puisi
09.45—10.00:Istirahat
10.00—10.45:Praktik Penulisan Puisi
10.45—11.30:Praktik Penulisan Puisi
11.30—12.15:Istirahat, salat, makan
12.15—13.15:Praktik Penulisan Puisi
13.15—14.00:Praktik Penulisan Puisi
14.00—14.45:Ulasan Hasil Karya Peserta
14.45—15.30:Ulasan Hasil Karya Peserta


2. Kamis,11-3-2010

07.30—08.15:Teori Penulisan Puisi
08.15—09.00:Teori Penulisan Puisi
09.00—09.45:Praktik Penulisan Puisi
09.45—10.00: Istirahat
10.00—10.45:Praktik Penulisan Puisi
10.45—11.30:Praktik Penulisan Puisi
11.30—12.15:Praktik Penulisan Puisi
12.15—13.15:Istirahat, salat, makan
13.15—14.00:Ulasan Hasil Karya Peserta
14.00—14.45:Ulasan Hasil Karya Peserta
14.45—15.00:Penutupan


10 . Penyelenggara:

Departemen Pendidikan Nasional
Pusat Bahasa
BALAI BAHASA SURABAYA
Jl. Siwalanpanji, Buduran, Sidoarjo 61252
Telepon/fax 031- 8051 752, 8071349
Laman: balaibahasajatim.diknas.go.id


11.Biodata Tutor:


SAIFUL BAKRI.
Lahir di Mojokerto, 28 Januari 1972.
Puisi-puisinya tersebar di harian Radar Mojokerto, majalah BENDE Taman
Budaya Jatim, majalah seni budaya KIDUNG Dewan Kesenian Jatim.

Sejumlah antologi puisi memuat puisinya :
Antologi puisi CANDI TERAKOTA (bersama Forum Penyair Mojokerto, 1995),
11 PUISI SAIFUL BAKRI (tunggal, 15 Agustus 1999, pas hari pernikahan
dengan Muslikah), SELAMAT PAGI NGORO INDUSTRI (bersama Komunitas Hulig
Hulig, buruh pabrik sendok PT Kyung Dong Indonesia, sekarang sudah
tutup), DUKA ACEH DUKA BERSAMA (bersama, Dewan Kesenian Jatim, 2004 ),
BERITA BASI (tunggal, 2004), MALSASA (Malam Sastra Surabaya, 2007),
Medan International Poetry Gathering 1 (bersama, 2007), SECANGKIR KOPI
PAHIT DI NEGRI KADAL (bersama Sosiawan Leak, Beranda Sastra Dewan
Kesenian Kota Mojokerto, 2009).

Puisinya pernah diterjemahkan dan dibaca dalam peringatan 7 tahun
reformasi di Washington DC oleh Ikranegara.

Pernah mendapat undangan dari Dewan Bahasa Malaysia untuk menghadiri
Hari Puisi (tidak berangkat karena tidak ada dana).

Peserta aktif dalam Temu Sastra Buruh di Blitar (2007), Pertemuan
Sastrawan Nusantara di Surabaya, Kredo Kecil Penyair Kecil # 9 di
Semarang (2010).

Sesekali muncul di milis sastra-pembebasan, penyair,bumimanusia,
puitika, sastranusantara, apresiasi-sastra, banyumili_kebudayaan.

Aktif berkesenian bersama Teater Kaca, Teater Bakal Nusantara
(sebelumnya Teater Bakal Indonesia), Forum Penyair Mojokerto, Forum
Apresiasi Sastra Mojokerto (FORASAMO), Komunitas buruh pabrik sendok
Hulig Hulig, Studi Teater Mojokerto, Komunitas musik Oyotmimang,
Komunitas musik Girilaja, pengurus bidang sastra Dewan Kesenian Kota
Mojokerto (dua periode), Komunitas Mbaljigong, dan pengurus harian
Rumah Belajar Bersama Banyumili.

Bidang sosial:
Ketua RW, pengurus Tagana (Taruna Siaga Bencana) Kota Mojokerto,
pengurus FKPSM (Forum Komunikasi Pekerja Sosial Kota Mojokerto)

Sebagai guru di SMA PGRI 1 dan STM PGRI 1 Kota Mojokerto.
Mahasiswa Jurusan Teater STKW Surabaya.


Saat ini berbahagia bersama istri tercinta, Maslikah dan 2 putra:
Gacho dan Tegar. (Sedang menunggu kelahiran buah hati ke-3)
Tinggal di Jagalan gang 2 nomor 44 C Kota Mojokerto Jawa Timur.
Email: ipulmojokerto@yahoo.com. Hp 081 330 06 1978.
Facebook: ipulmojokerto@gmail.com (**)



HERRY LAMONGAN

Lahir dan kemudian diberi nama Dhuhaeri di Bondowoso, 8 Mei 1959. Mulai menulis puisi tahun 1983, dengan bahasa jawa mapun Indonesia, dengan nama pena Herry Lamongan. Karya-karyanya dimuat di Panyebar Semangat, Jaya Baya, Djaka Lodang, Mekarsari, Berita Buana, Gadis, Pelita, Horison, Hai, Merdeka, Swadesi, Simponi, Anita Cemerlang, Pikiran Rakyat (Cirebon), Surabaya Post, Jawa Pos, Salam, Suara Rakyat Semesta, Bali Post, Nusa Tenggara, Barya Bakti, dll.

Herry sempat ikut membesarkan HP3N (Himpunan Penyair, Pengarang, Penulis Nusantara) ini sekarang tinggal di Madedadi VI/36 Lamongan sebagai guru di SD Jetis IV Lamongan. Tahun 1989 Herry dinobatkan sebagai penulis puisi terbaik versi Sanggar Minum Kopi Denpasar. Sebagai penggurit juga pernah mendapatkan penghargaan dari Sanggar Triwida Tulungagung tahun 1995.
Karya-karyanya terkumpul dalam antologi: Pesta Penyair Antologi Puisi Jawa Timur (Dewan Kesenian Jatim, 2009), Sang Penyair, Lamat, Surabaya Kotaku, langkah, dan Festival Puisi XII-1990, Lambaian Muara, Negeri Bayang-bayang, Bercermin Memecah Badai, Negeri Pantai, Rebana Kesunyian, dll.

Kumpulan puisi jawanya:
Kembang Saka Ketintang (1990), Pangastawa (1991), Ayang-ayang Wewayangan(1992), Kabar saka Bendulmerisi (2001), Gunem Suwung (2002),dll.

Antologi puisi tunggal:
Lambaian Muara (2001), Surat Hening( 2008).
Facebook: herry lamongan
e-mail: januarf@yahoo.com


PRASASTI
KOMPAS JATIM, SELASA, 9 MARET 2010 HALAMAN H

Pelatihan Penulisan Puisi Siswa SD

Balai Bahasa Surabaya bekerja sama dengan SMP Negeri 3 Pacet Kabupaten Mojokerto, mengadakan pelatihan penulisan puisi untuk siswa SD. Pelatihan berlangsung di Pacet, 10-11 Maret. Mashuri dari Balai Bahasa Surabaya menjelaskan pelatihan tersebut menghadirkan seniman/penyair yang juga guru SD, Herry Lamongan dan Saiful Bakri, sebagai narasumber. Pelatihan bertujuan merangsang siswa agar gemar menulis, memiliki kepekaan, dan mendekatkan karya sastra kepada siswa.
“Melalui program pelatihan penulisan puisi ini, diharapkan siswa memiliki soft skill dalam menulis,” kata Mashuri, Senin (8/3) di Surabaya. (TIF)

Sumber: pesan dari Fb Majalah Kidung

PENGAJIAN SASTRA #15

kali ini Majelis Sastra Bandung,kerjasama dengan Ultimus Bandung, dan Gedung

Indonesia Menggugat, menggelar pengajian sastra yang agak lain.

pengajian satra kali ini diisi dengan :

Diskusi "Politik Sastra Saut" dan dan Peluncuran "Buku Lekra"

Sabtu, 20 Maret 2010
pukul 19.00 s.d. selesai
bertempat di Gedung Indonesia Menggugat (Gedung eks Landraad)
Jalan Perintis Kemerdekaan No.5 Bandung

buku-buku yang akan didiskusikan dan diluncurkan:

1. Puisi-Puisi dari Penjara (S.Anantaguna)
2. Nyanyian dalam Kelam (Sutikno W.s.)
3. Aku Hadir di Hari Ini (Hr.Bandaharo)
4. Gelora Api 26 (Chalik Hamid, dkk)
5. Pelita Keajaiban Dunia (Nurdiana)
6. Politik Sastra (Saut Situmorang)

Pembicara dalam diskusi ini adalah Prof. Jakob Sumardjo dan Saut Situmorang
dan dimoderatori Yopi Setia Umbara dan Matdon.

Akan dimeriahkan dengan kehadiran S.Anantaguna, Sutikno WS, Putu Oka Sukanta, dll.
dan pembacaan puisi dari penyair-penyair muda Bandung.

Acara ini gratis dan terbuka untuk umum.
Keterangan lebih lanjut silakan hubungi Bilven (08122456452),
Matdon (08164864427), dan Yopi Setia umbara (081321741476)

Nuhun

Sumber: Pesan dari Fb majelis sastra Bandung

Friday 5 March 2010

Pameran "Return to the Abstraction"

Return to the Abstraction
Kamis, 18 Maret 2010
pukul 19.00 wib
pameran berlangsung s.d Jumat, 9 April 2010
Tempat:
Tony Raka Art Gallery, Mas, Ubud, Bali


Seniman:

1. I Nyoman Erawan
2. I Wayan Darmika
3. I Made Wiradana
4. I Ketut Tenang
5. Gusti Alit Cakra
6. I Ketut Susena
7. I Made Sumadiyasa
8. I Made Mahendra Mangku
9. I Wayan Sujana “Suklu”
10. I Nyoman Sujana “Kenyem”
11. I Made Supena
12. Putu Sudiana “Bonus”
13. I Made Wiguna Palasara
14. I Made Budi Adnyana
15. I Ketut Teja Astawa
16. I Made Galung Wiratmaja
17. I Nyoman Diyana
18. I Made Suarimbawa “Dalbo”
19. I Wayan Setem
20. I Made Uuk Paramita
21. I Kadek Susila Dwiyana
22. I Putu Suardana“Vijie”
23. Willy Himawan
24. Rio Saren


ABSTRAK

Kesadaran para seniman Bali akan ruang dan komposisi sangat lekat dari karya-karya tradisi atau pra modern hingga saat ini. Jika umumnya dalam karya tradisi kesadaran itu bersifat sub conscious (bawah sadar) terjewantahkan secara langsung dalam gerak aktivitas kesenian yang mereka laksanakan. Umumnya ruang dan komposisi bersifat simbolik dalam artian memiliki nilai, hal ini bersifat otomatis dan kerap tidak disadari.
Kedasaran ini terasa kuat dalam karya-karya seniman Bali yang melukis secara abstraksi, mereka tumbuh dari ranah akademis dimana mereka diperkenalkan dengan kaidah-kaidah formal dan estetika seni rupa modern. Seperti halnya dalam perkembangan seni modern Indonesia prinsip-prinsip modernisme tersebut tidak dianut sebagai ideologi, apalagi ideologi seni rupa yang berujung pada formalisme seperti di Barat. Spirit inilah yang mendasari perkembangan seni lukis yang melakukan abstraksi bentuk yang berkembang di Bali sejak tahun 1980-1990an yang menyerap spirit penggalian esensi seni modern. Akan tetapi tidak secara penuh menyerap prinsip avant garde, sehingga menjadikan karya-karya abtraksi ini justru sarat dengan muatan-muatan kultural dan spiritual. Presentasi karya-karya mereka menghadirkan nilai-nilai simbolik, dan juga metafora.
Dan ketika seni rupa kontemporer merayakan kecenderungan representasi realitas serta meninggalkan upaya dalam mencari yang esensi, karya-karya abstraksi masih dengan setia digeluti oleh beberapa seniman Bali khususnya. Pertanyaanya adalah, kenapa hal ini terjadi? Asumsi saya; sesungguhnya bawah sadar seniman Bali kesadaran akan ruang terus diwarisi bahkan dalam generasi seniman kontemporer sekalipun, ini yang memunculkan kekhasan karya-karya abstraksi dari seniman Bali. Dan sangat sulit mereka ejawantahkan ke dalam karya-karya representatif (realisme). Jadi singkatnya ada geneologi didalam perkembangan dan struktur ruang dalam karya-karya seniman Bali kontemporer yang menekuni abstraksi serta masih dapat ditelusuri jejaknya dari karya-karya sebelumnya. Melalui pameran ini konsep dan pemikiran pada seni lukis abstraksi Bali akan coba ditelusuri.

I Wayan Seriyoga Parta (Kurator)

Diskusi kurator dan artists tallk, dengan tema:
Kesimbungan seni abstraksi Bali
Tanggal 19 Maret 2010

Pembicara:
Kurator dan Para Seniman

Penanggap:
- Jean Coeteau
- Hardiman

sumber: dari pesan FB Majalah Kidung

RILIS MEDIA FESTIVAL TELUK JAILOLO 2010

Dear Friend,

Bersama ini kami sampaikan informasi mengenai kegiatan seni, budaya, dan olahraga di Festival Teluk Jailolo 2010, Teluk Jailolo, Halmahera Barat, Maluku Utara, untuk dapat disebarluaskan. Bila membutuhkan informasi lebih lanjut dapat langsung menghubungi saya di nomor 0812 8781161. Terima kasih.

Salam,
Evi Widya Putri

*********************************************************************************************************


RILIS MEDIA FESTIVAL TELUK JAILOLO 2010



Jailolo adalah nama sebuah kecamatan di wilayah Kabupaten Halmahera Barat, biasa disingkat dengan Halbar, merupakan salah satu kabupaten di propinsi Maluku Utara. Kabupaten Halmahera Barat dimekarkan dari Kabupaten Maluku Utara sejak tahun 2003 lalu.



Dalam rangka memperkenalkan potensi seni dan budaya milik Halmahera Barat yang begitu kaya dengan keunikan dari suku-suku asli yang masih tetap dilestarikan hingga saat ini, seperti suku sahu,dan potensi bawah lautnya yang merupakan kawasan segitiga coral (coral triangle) Indonesia yang menjadi pusat keanekaragaman hayati laut dunia,Pemerintah Kabupaten Halmahera barat, Maluku Utara kembali mengadakan Festival Teluk Jailolo 2010 (FTJ 2010).



FTJ 2010 yang tahun ini mengambil tema “COLOURFUL SEA OF GILOLO” adalah festival kedua yang diselenggarakan dengan konsep yang lebih menarik. Berdasarkan semangat membangun daerah secara bersama-sama, maka konsep festival kali ini melibatkan masyarakat secara utuh dan maksimal, keikutsertaan mereka berada dalam tingkat penyelenggara dan pengisi acara. Paduan dari beragam seni ini dibungkus dalam sebuah konsep baru pertunjukan, yang diberi nama Theatre on the sea.



Theatre on the sea, adalah program unggulan utama FTJ 2010. Pertunjukan teater diatas laut adalah sebuah konsep teater yang belum pernah ada di Indonesia bahkan dunia. Beberapa perahu nelayan akan membentuk konfigurasi tertentu hingga menjadi panggung “apung” lengkap dengan setting yang menggambarkan biota-biota laut dengan pendekatan realisme sesuai kebutuhan visual yang melakukan gerakan kinetik sesuai aslinya. Perubahan bentuk dari perahu ke biota laut diupayakan menggunakan bahan atau materi dari daerah setempat, sehingga semua sumber daya alam dan sumber daya manusia Halmahera Barat bersatu mendukung terlaksananya pertunjukan yang orisinil , milik Halmahera Barat, yang juga milik Indonesia tentunya.



Unsur seni tradisi Halmahera Barat juga akan menjadi bagian dari pertunjukan Theatre on the sea, seperti musik yanger, alat musik bambu tataruba, menuru dan tarian tradisional khas Halmahera Barat seperti Legu Salai, Sara dabi-dabi, tidak ketinggalan pula Horom Sasadu, acara makan bersama, sebuah kegiatan budaya, sebagai ungkapan rasa syukur atas panen yang melimpah. Kegiatan seni dan budaya ini adalah persembahan dari masyarakat tani kabupaten Halmahera Barat. Theatre on the sea sendiri akan berlangsung pada 29 Mei 2010 mulai pukul 15.00 WIT.



Untuk itu masyarakat Teluk Jailolo akan diberikan pelatihan seni pertunjukan dengan unsur pemeranan, membangun artistik panggung, mengubah perahu ke dalam bentuk biota laut, musik, kostum serta bagaimana mengemas sebuah pertunjukan yang profesional dan menarik sehingga mampu menarik wisatawan dari dalam dan luar negeri.



Kegiatan pelatihan ini adalah sebuah rangsangan untuk memicu semangat dan kreatifitas masyarakat Halmahera barat agar di kemudian hari mereka dapat melakukan hal-hal kreatif bagi perkembangan diri, keluarga, lingkungan sekitar, daerah dan bangsa Indonesia secara luas. Jenis pelatihan ini adalah sesuatu yang menantang dan berbeda karena selama ini mereka sering diberikan pelatihan mengenai pertanian, perkebunan, pertambangan dan perikanan saja. Pelatihan seni yang diusung sekarang memberikan warna lain bagi masyarakat Halmahera Barat yang notabene memiliki jiwa seni yang kuat.



Selama dua bulan lebih mereka akan mengikuti pelatihan-pelatihan tersebut diatas dan pada puncak acara Festival Teluk Jailolo 2010, hasil karya mereka dalam pelatihan tersebut akan dipertunjukkan dalam Theatre on the sea.



Festival ini akan diselenggarakan selama seminggu, sebelum puncak acara, panitia juga akan menyelenggarakan banyak kegiatan lain seperti penampilan seni dan budaya Halmahera Barat di desa- desa yang tersebar dalam wilayah Halmahera Barat dan berbagai lomba.



Selain itu festival juga akan diramaikan oleh para penyelam dan fotografer dari berbagai daerah di Indonesia. Para fotografer akan mulai hunting dari tanggal 24 Mei 2010, sedangkan kegiatan menyelam atau Fun Diving dilaksanakan pada tanggal 27 dan 28 Mei 2010. Fun Diving akan menghadirkan Indonesian Diving Icon yaitu Nadine Chandrawinata yang bertujuan untuk memperkenalkan keindahan bawah laut Teluk Jailolo sebagai salah satu diving spot unggulan baru yang ada di timur Indonesia dan merupakan kawasan segitiga coral (triangle coral). Acara ini juga diramaikan oleh ratusan peselam dari berbagai daerah Maluku Utara dan diluar Maluku Utara.



Keindahan alam dan keunikan budaya di Halmahera Barat juga menjadi sebuah potensi wisata para penghobi fotografi yang saat ini memiliki komunitas yang cukup besar di Indonesia, untuk itu panitia juga menyelenggarakan program Photographer Hunting pada festival ini. Hasil karya fotografi yang telah dicetak dalam buku “Gorgeous Gilolo” rupanya menarik minat para pencinta fotografi untuk mengabadikan keindahan alam yang belum banyak diketahui komunitas tersebut dalam gambar. Rencananya untuk memberi motivasi bagi para fotografer juga akan dilaksanakan lomba fotografi dengan juri Yadi Yassin yang merupakan maestro dalam Landscape Photography.



Dengan konsep wisata petualangan, PemKab berupaya memberikan sensasi khas dengan menyiapkan penginapan masyarakat desa yang terpilih untuk menjadi Homestay bagi tamu dan penonton festival dari luar Halmahera Barat. Homestay adalah bentuk lain dari keterlibatan masyarakat dalam festival ini, dengan tujuan meningkatkan sadar wisata dan menerapkankan Sapta Pesona. Pengunjung tidak perlu khawatir akan kenyamanan dan keramahan di Homestay, karena masyarakat Halmahera Barat secara umum dan Teluk Jailolo secara khusus telah dibekali pengetahuan mengenai bagaimana sebaiknya menerima tamu dan mengelola Homestay yang ramah, aman dan nyaman. Situasi dan kondisi masyarakat dan lingkungannya sangat kondusif bagi tamu yang ingin menginap, mereka memiliki sikap terbuka dan ramah kepada pendatang.



Untuk menuju Teluk Jailolo tidaklah sulit, hanya memerlukan waktu 3 jam penerbangan dari Jakarta menuju Ternate, bisa juga dengan alternatif penerbangan via Makassar atau Manado menuju Ternate. Dari Pelabuhan Dufa Dufa di Kota Ternate, perjalanan dilanjutkan melalui jalur laut dengan menggunakan speed boat selama 40 menit. Jadi tunggu apalagi ? Sampai jumpa di FESTIVAL TELUK JAILOLO 2010.


sumber: dari pesan Fb Majalah Kidung

FESTIVAL FILM PELAJAR INDONESIA

Temans, mohon maaf kalau informasi berikut OOT.
Kalau tidak keberatan mohon disebarkan kepada teman, saudara, kolega dan jaringan anda yang memiliki minat dan ketertarikan tinggi pada kegiatan festival film pelajar.
Informasi lebih lengkap dapat diakses melalui http://filmpelajar. com/

Terima kasih atas perhatiannya.
-----

FESTIVAL FILM PELAJAR INDONESIA

Jakarta, 11 – 13 Juni 2010

Latar Belakang

Komunitas dan karya film pelajar di Indonesia telah tumbuh dan berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai festival, lomba, dan kegiatan intra/ekstrakurikul er film yang
diselenggarakan di dalam maupun luar sekolah menjadi salah satu pendorongnya. Selain itu, rangkaian pelatihan/workshop dan kursus film yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan maupun kalangan profesional juga menambah dinamika kegiatan film di lingkungan sekolah.

Dinamika kegiatan film di kalangan pelajar, baik dalam wujud apresiasi maupun produksi, harus mendapatkan panggungnya. Hal ini akan mendorong perkembangannya ke arah yang lebih baik. Komunitas pelajar sebagai generasi penerus yang akan melanjutkan estafet dunia perfilman Indonesia harus menempa diri terus menerus untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas karya. Pada saatnya nanti, seiring dengan perkembangan pengetahuan, dukungan teknologi, kepekaan estetis, dan berbagai perubahan baik lainnya, komunitas dan karya film pelajar akan mendapatkan tempatnya yang terbaik.

Festival film adalah sebuah panggung bagi para filmmaker, penonton, penyelenggara, dan berbagai pihak yang
berkepentingan atasnya. Panggung ini harus terus hidup dan dihidupi untuk menampilkan berbagai karya. Keragaman elemen naratif, gaya sinematik, apresiasi penonton, sikap profesional penyelenggara dan dukungan penuh dari berbagai pihak akan berdialog dan menghasilkan manfaat. Pada titik inilah sebuah festival film yang dikhususkan untuk pelajar menemukan maknanya.

Tujuan dan Manfaat

1. Menjadi ruang apresiasi dan ekshibisi hasil kreativitas pelajar Indonesia dibidang seni film.
2. Belajar bersama memahami dan menggunakan seni film sebagai alat ekspresi, komunikasi dan pendidikan.
3. Berbagi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan pembuatan film.
4. Silaturahmi komunitas dan karya film pelajar Indonesia.
5. Menumbuhkembangkan kepedulian berbagai pihak dalam
mendukung dan membina komunitas dan karya film pelajar Indonesia.
6. Berpartisipasi dalam menyambut 40 Tahun Institut Kesenian Jakarta.

Tema

Indonesiaku Kebanggaanku

Peserta

Pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP, MTS) dan Atas/Kejuruan (SMA, SMK, MA) serta yang sederajat se-Indonesia.

Kategori Karya

1. Fiksi (live shooting-action)
2. Animasi
3. Dokumenter
4. Iklan Layanan Masyarakat/ILM
5. Video Musik

Kriteria Karya

1. Durasi maksimal 10 (sepuluh) menit.
2. Tahun
pembuatan antara 2008 – 2010.
3. Karya dibuat oleh individu atau kelompok dalam satu sekolah.
4. Tim produksi adalah pelajar aktif (paling tidak sampai dengan semester genap tahun akademik 2009-2010 masih duduk di kelas XII dan dibuktikan dengan photocopy kartu pelajar).
5. Apabila karya menggunakan dialog/narasi bahasa daerah, maka harus diberi subtitle bahasa Indonesia.
6. Tiap sekolah boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) karya.
7. Karya yang pernah mengikuti festival lain, boleh diikutsertakan.
8. Karya dikirimkan dalam bentuk kaset Mini DV atau cakram DVD (PAL system) paling lambat 15 Mei 2010 (cap pos).
9. Musik/lagu dan materi lainnya (foto, kliping, grafis, dll) yang digunakan dalam film tidak boleh menggunakan milik orang lain, kecuali ada ijin tertulis dari pembuatnya.
10.
Hak cipta karya tetap menjadi milik peserta. Khusus untuk kepentingan publikasi festival, penyelenggara dapat menggunakan materi foto dan/atau video karya peserta, sebagian maupun utuh, khususnya untuk ditampilkan di situs FilmPelajar. com sebagai official website.
11. Keputusan juri adalah mutlak, tidak bisa diganggu gugat.
12. Jika dikemudian hari didapatkan bukti bahwa karya pemenang diragukan keasliannya, maka penyelenggara berhak membatalkan dan menarik penghargaan yang sudah diberikan.

Dewan Juri

1. Pembuat Film Profesional
2. Perwakilan dari Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta
3. Perwakilan dari Departemen Pendidikan Nasional

Penghargaan

Masing-masing kategori akan
dipilih 5 (lima) nominasi terbaik dan kemudian ditentukan 1 (satu) pemenang. Jadi, total penghargaan yang akan diberikan adalah 5 (lima) jenis, yaitu Film Fiksi (live shooting-action) Terbaik, Animasi Terbaik, Dokumenter Terbaik, Iklan Layanan Masyarakat/ILM Terbaik dan Video Musik Terbaik. Selain itu, Dewan Juri akan memilih seorang sutradara terbaik untuk diberikan beasiswa studi film secara penuh pada tahun pertama di Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta.

Penyelenggara

Pusat Pengembangan Media Alternatif
Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta
Jl. Cikini Raya No. 73, Menteng, Jakarta Pusat 10330
Telp: 021-3161258, 3156176. Faks: 021-31923603
Email: festivalfilmpelajar (at) yahoo (dot) com

Didukung oleh Yayasan Wahana Audio Visual Indonesia dan FilmPelajar. com

Epilog

Festival Film Pelajar Indonesia 2010 merupakan bagian dari kerja panjang apresiasi dan ekshibisi hasil kreativitas pelajar Indonesia dibidang seni film. Proses yang akan dijalani masih sangat panjang dan memerlukan stamina dan asupan pikiran, tenaga dan biaya yang cukup baik dari para pengelola, peserta, sponsor, dan masyarakat umum. Pada saatnya nanti, akan terjadi tatanan yang ideal, dimana komunitas dan karya film pelajar menjadi bagian strategis dari dunia perfilman Indonesia. Strategi untuk memposisikan hal ini tidaklah mudah. Maka, pemahaman dan dukungan yang baik dari berbagai pihak dibutuhkan agar kegiatan ini terus hidup dan dihidupi dengan segala ikhtiar. Festival Film Pelajar Indonesia ke depan akan menjadi bagian dari kerja-kerja pendidikan dan kebudayaan untuk mengokohkan kekuatan karakter bangsa
Indonesia.


sumber: pesan dari FB Majalah Kidung

Pameran tunggal POPO "NUMPANG NAMPANG"

UNDANGAN
ruangrupa mempersembahkan:

Pameran tunggal POPO

NUMPANG NAMPANG
Kurator: Andi RHARHARHA & Bujangan Urban


Pembukaan pameran:
Sabtu, 6 Maret 2010
Pukul 17.00 – selesai


Dimeriahkan oleh:
The Kucruts
Kapitalindo

Pameran:
8 – 20 Maret 2010
(buka Senin - Sabtu pukul 11.00 – 21.00)

RURU Gallery
ruangrupa
Jl. Tebet Timur Dalam Raya No. 6, Jakarta Selatan 12820
t/f: +62 21 8304220
e-mail: info@ruangrupa.org
www.ruangrupa.org




POPO adalah seorang street artist Jakarta. Awal mula eksistensinya dimulai dari tembok-tembok bisu jalanan. “Silence Speak“, kata POPO mencoba menjelaskan gagasannya yang selama ini berbicara melalui karya-karyanya sebagai diary atas hal-hal pribadi yang tidak bisa diungkapkannya secara verbal.

POPO menggunakan tembok-tembok di pinggir jalanan Jakarta sebagai “Diary Komunikasi Visual Seni Jalanan”. Diary biasanya mencatat cerita atau kejadian pribadi yang dialami sehari-hari. Komunikasi visual, adalah sebuah proses penyampaian kehendak atau maksud tertentu kepada pihak lain dengan menggunakan medium yang hanya terbaca oleh indera penglihatan. Seni jalanan mengacu pada ruang publik yang menyediakan tempat-tempat untuk menyalurkan ekspresi dengan bahasanya sendiri untuk berbicara kepada publik yang lebih luas lagi.
Selain sebagai seniman, POPO juga mengajar sebagai dosen Komunikasi Visual di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. POPO diangkat, dan kemudian sering dipanggil, sebagai Dosen Istimewa karena dia dianggap berhasil memakai dan mempresentasikan media street art untuk berkomunikasi dengan publik yang lebih luas.

Kali ini, ruangrupa mengundang POPO secara khusus untuk mempresentasikan karya proyeknya dalam sebuah pameran tunggal di RURU Gallery pada 6 - 20 Maret 2009.

Untuk pameran tunggalnya ini, POPO akan berkarya mengeksplorasi berbagai macam media digital print, polaroid, lukisan, mural, tampilan screen saver pada desktop komputer, neon box, toys character, instalasi, lukisan diatas media gelas & mangkok mie ayam. Selain itu, Popo juga menanggapi benda-benda yang menyimpan memori yang dekat dengan pengalamannya seperti lukisan pemandangan alam dan lukisan kuda yang sering dipajang diruang tamu. Karakter POPO juga mencoba merebut ruang dengan strategi "numpang nampang” dengan berpose bersama artis-artis infotainment dan disini bisa kita lihat salah satu contoh karyanya, foto polaroid pose karakter POPO berjabat tangan dengan Presiden SBY.


Info lebih lanjut mengenai pameran ini :
Andy RHARHARHA : 08174884833

sumber: pesan dari Fb Majalah Kidung