Friday 27 June 2008

analisis cerpen

PERLAWANAN KULTURAL DAN PERTALIAN TEMA
DALAM CERPEN ‘PUSARAN LUBUK PENGANTIN’
DAN CERKAK ‘DEN MAS MARGOPOK’



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sabda klasik yang masih bergema dalam setiap pembelajaran sastra adalah sabda yang diucapkan Plato, yang begini bunyinya: sebuah karya sastra adalah jiplakan dari masyarakat. Artinya, Plato paham benar bahwa; tidak ada karya sastra yang lahir dari kekosongan budaya (creato ex nihilo). Dalam keberkaitannya dengan latar budaya, dunia yang disajikan karya sastra adalah tetap sebuah dunia yang imajinatif, ( Wellek-Warren, 1990:14) sebab komponen inilah yang membedakan pengarang dengan seorang fotografer.
Kerena sebuah karya sastra tidak lahir dari kekosongan budaya, (Teeuw, 1983:15) mengatakan dalam kitabnya, bahwa untuk memahami karya sastra perlu memperhatikan tiga sasmita yaitu: kode sastra, kode bahasa, dan kode budaya. Dalam kode sastra yang perlu diperhatikan adalah adalah kode individual yang dicomot oleh pengarang; dalam kode bahasa yang perlu diperhatikan prinsip ekuidensi (kesepadanan), dan prinsip devisi (penyimpangan); dan dalam kode budaya perlu dilihat lingkup budaya di mana karya sastra itu diciptakan, yang mencakup: lingkungan sosial dan adat istiadat setempat.
Menurut Hutomo, di dalam karya sastra selalu terjadi dialog antara teks dalaman dan teks luaran (Hutomo, 1983:13). Teks dalaman merupakan komponen yang membangun karya sastra, sedangkan teks luaran bertugas membangun unsur di luar karya sastra, yang dalam makalah ini berkaitan dengan setting budaya yang diboyong oleh pengarang. Dialog tersebut menjadi suatu keseimbangan antara karya sastra dengan komponen-komponen yang ada di luar karya sastra, antara otonomitas dengan latar budaya.
Latar budaya menjadi perhatian sentral dalam makalah ini, di mana kode budaya hadir dan menjadi titik perhatian pengarang, baik dalam cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ (PLP), karya Raudal Tanjung Banua dan cerkak ‘Den Mas Margopok’ (DMM), karya Ismoen Rianto, di mana budaya dan adat istiadat Sumatra dibingkai oleh Raudal dalam cerpennya seperti halnya budaya Jawa yang dikemas dalam cerkak Ismoen. Kedua cerpen tersebut berkisah tentang bagaimana sebuah upacara pernikahan dihadapkan dengan tradisi kultural dan adat istiadat yang berlaku di kedua tempat.
Pada cerpen pertama (PLP) seorang pengantin terpaksa meninggalkan rumah persis setelah malam pertama karana di luar kesengajaannya perempuan itu telah melanggar tradisi setelah ketahuan tidak perawan, dan harus membayar denda moral dan material. Pada cerkak (DMM) konflik terjadi karena pasangan pengantin dianggap menentang adat kultural atau nyingkur pranatan dengan tidak mengindahkan Numerology Jawa yang berupa neptu yang dilarang secara matematis-jawa. (setidaknya satu alasan yang menjadikan (semacam) penulis membandingkan dalam kepentingan tugas sastra bandingan).
Menurut Renok, kajian sastra bandingan meliputi kajian sejarah, persamaan tema, persamaan dan perbedaan, hubungan tema, masalah yang diangkat, genre, dan style. Dalam makalah ini yang akan dikaji dalam cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ dan cerkak ‘Den Mas Margopok’ adalah sebatas pada perlawanan kultural dan pertalian tema dalam kedua karya tersebut.

1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan seperangkat latar belakang di atas, rumusan masalah dalam (semacam) makalah ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana perlawanan kultural dalam cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ dan cerkak ‘Den Mas Margopok’?
Bagaimana pertalian tema dalam cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ dan ‘Den Mas Margopok’?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kilasan Cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ dan Cerkak ‘Den Mas Margopok.’

2.1.1 Kilasan Cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’
Cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ adalah sebuah miniatur dicomot dari Sumatra Barat. Cerpen tersebut berkisah bagaimana seorang pengantin (Banun) yang terpaksa meninggalkan rumah persis setelah malam pertama. Tradisi yang berlaku mengharuskan seorang yang tidak perawan harus menanggung denda moral dan material. Lihat kutipan berikut:
Sebab orang-orang telah sepakat (ah, seturut adat!): kain yang tak bernoda justru pertanda dosa dan noda. Ibarat kelapa, Sanak, diri perempuan diamsal mumbang atau kelapa tekong, sisa kumbang atau tupai jatuh terbuang. Kalau sudah begini tak ada alas an melanjutkan perkawinan. Jalan satu-satunya tetap tunduk pada aturan adapt: pihak perempuan harus membayar denda tunai kepada pihak lelaki, seberapapun mereka maui. Ada yang meminta kerbau dan pedati, bahkan sawah-sawah yang diteruka. Meski dengan itu, aib dan hina tak begitu saja enyah, disesah gunjing tak berkesudah….
Dalam cerpen ini akan sangat terasa betapa tradisi kultural yang berlaku adalah tradisi patrilinial yang sangat menguntungkan dan dimonopoli oleh kaum laki-laki. Lihat sepotong potongan berikut:
Saat itu kain tetoron yang menjadi bukti keperawanan seorang perempuan, tapi tidak seorang laki-laki diletakkan di atas tilam – selayaknya kesucian orang langgekan – lalu dipertontonkan kepada kedua belah pihak sampai tak ada lagi keraguan…
Tradisi lapuk yang uasang inilah yang oleh tokoh Banun dan tokoh Bu Suniar karena dirasa sangat tidak adil dan menindas kaum perempuan. Lihat kutipan berikut:
Ia tahu adat sopan-santun, tak kenal lelah namun juga keras dalam urusan pendirian. Suniar berani berterus terang tentang apa yang ia lihat dan ia rasakan, semisal soal perempuan bunting yang harus membantu suaminya ke sawah-ladang. Ia menyarankan sepenuhnya istirahat; biarlah menggaruh dan menanam sementara ditangani laki-laki…

2.1.2 Kilasan Cerkak ‘Den Mas Margopok.’
Cerkak ‘Den Mas Margapok’ bercerita tentang bagaimana pasangan pengantin yang nyingkur pranatan dan tidak mengindahkan numerology-jawa. Konflik terjadi setelah Margapok (tokoh sentral dan senioritas desa) menunjukan bahwa acara resepsi pernikahan yang berlangsung telah melanggar aturan jawa. lihat kutipan berikut:
Margapok sedhelo-sedhelo nggereng, maedo seng duwe gawe seng jarene nyingkur pranatan, nerak wewaton, ora nguwongake babar pisan…
Numelorogi jawa adalah suatu perhitungan matematis yang menurut Suwardi Endrasworo (2003:19) adalah perhitungan yang menggunakan otak-atik-matuk. Missalnya, perhitungan berdasarkan neptu dan mitos ganjil yang sangat erat dengan pola pikir orang jawa yang tidak bisa dinalar dan irasional namun masih dipercaya oleh orang yang ngaku njawani. Lihat potongan berikut:
Sing dienggo patokan dina pasaran lan dina Neptune penganten loro-lorone. Sing lanang Seloso kliwon. Seloso telu, kliwon wolu, gunggunge suwelas. Penanten wadon lahire Seloso Pon, Seloso telu, Pon pitu, gunggunge sepuluh. Loro-lorone, gunggunge selikur…
Perhitungan yang tidak rasional itu, yang dianut secara temurun itu, terkadang dalam kehidupan orang jawa sangat disakralkan dan tidak jarang merepotkan. Pola pikir yang tidak rasional inilah yang akan ‘dilawan’ oleh tokoh (pasangan mempelai) dalam cerkak DMM.



2.2 Perlawanan Kultural dalam Cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ dan Cerkak ‘Den Mas Margopok’

a. Perlawanan Kultural dalam Cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’.
Dalam cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ pelawanan cultural lebih terfokus pada tradisi patrilinal yang didominasi oleh kaum laki-laki. Semua pranata yang melekat pada budaya setempat umumnya dibuat untuk kepentingan laki-laki, tidak terkecuali persaratan dalam sebuah pernikahan. Itulah yang menyebabkan tokoh Banun dan Bu Suniar marah melihat kesewenangan yang diawetkan oleh kaum laki-laki. Lihat potongan berikut:
Ia akan marah besar melihat perempuan yang sakit atau tak enak badan, apalagi menjalani masa nifas dipaksa berkerja sendirian. Suami selalu minta didampingi tak peduli istri hamil besar; tapi giliran istri sakit atau melahirkan suami tak pernah perduli…
b. Perlawan Kultural dalam Cerkak ‘Den Mas Margopok.’
Dalam cerkak ‘Den Mas Margopok’ perlawanan cultural lebih kearah kepercayaan yang dianut orang Jawa secara turun-temurun yang tidak rasional namun, sangat disakralkan oleh sebagian orang jawa yang mengaku njawani. Tradisi numerology dan otak-atik-matuk inilah yang diterak oleh pasangan pengantin yang neptu-nya dipercaya kurang baik dan bisa mendatangkan molo atau musibah.

2.3 Pertalian Tema Cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ dan Cerkak ‘Den Mas Margopok’
Tradisi merupakan pola hidup yang diwariskan antar generasi. Tradisi hidup, dianut, dan berkembang dalam suatu masyarakat sebagai suatu pola yang mengikat masyarakat dalam suatu tatanan yang tunggal dan seragam.
Tuntutan hidup yang selalu bergeser dan berkembang sesuai desa-kala-patra-nya, dihapapkan dengan tradisi yang dianut suatu masyarakat terkadang sering tidak relevan dengan tuntutan zaman. Cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ dan ‘Den Mas Margopok’ adalah sebuah cerita yang menunjukkan ketidakrelevanan suatu pola tradisi yang dianut masyarakat setampat. Sehingga ada (semacam) persamaan dan pertalian tema antara keduanya, yaitu: ‘melawan’ tradisi yang kadaluarsa dan tidak relevan tersebut. Dalam cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ perlawanannya lebih kearah tradisi patrilinial yang lebih menguntungkan pihak laki-laki; sedangkan dalam cerkak ‘Den Mas Margopok’ lebih memfokus pada sistim numerology dan pola otak-atik-matuk sebagai ilmu matematis orang jawa yang tidak rasional namun oleh sebagian orang jawa sangat disakralkan.

BAB III
PENUTUP

Sebuah karya sastra adalah jiplakan realitas yang imajinatif. Di sana fakta bersetubuh dengan fiktif yang membawanya ke sebuah kenikmatan yang otonom dan bebas. Oleh karena itu memahami tiga kode untuk memahami suatu karya sastra yang ‘licin’ dan berlapis, menjadi penting. Dalam cerpen ‘Pusaran Lubuk Pengantin’ dan cerkak ‘Den Mas Margopok’ kode budaya mempunyai kedudukan yang sentral, karana ada nuansa tradisi yang mencirikan budaya Sumatra Barat dan Budaya Jawa dalam cerita tersebut
Ada dua persamaan yang manunggal dalam cerpen tesebut yaitu: pertalian tema yang menyuguhkan ‘perlawanan’ cultural dari budaya masa yang sudah tidak sesuai dengan desa-kala-patra.



DAFTAR PUSTAKA

Banua, Raudal, Tanjung. Pusaran Lubuk Pengantin. Horison. 2004.
Endraswara, Suwardi. 2003. Falsafah Hidup Jawa.
Hutomo, Suripan, Sadi. 1993. Merambah Matahari: Sastra dalam Perbandingan. PT. Gaya Masa.
Rianto, Ismoe. Den Mas Margopok. Jaya Baya. 2005.
Wellek& Warren. 1990. Teori Kesusstraan: Terjemahan Melani Budianta. Jakarta: PT. Gramedia.

puisi-puisi

sajak-sajak Akhmad Fatoni

Catatan bendera


bendera di tanganku
peluh pertempuran bukit juang

bendera di mulutku
ikrar pati, tanah abadi.

bendera di otakku
angin lalu, sejak pulasnya senjatamu

benderaku menjerit
menyayat jiwa, yang tidur berselimut megah

referensi bangsaku
terjajah batin, kini.

benderaku rapi tumpukan baju

20 Maret 2008
Jaddu

bersemi,
berkembang,
dalam pikiran
tarian tangan; wujudkan hayalan

Kau ajak menari, bayanganku
bersama mentari

termenung aku disenyap pikir
melayang menepis heran

trombosit merongrong keheningan malam
pembuluh takjub sambut kalongkalong

Harta meleleh bersama ujung pati
haru; rasa penuh gemerlap ilmu

seteguk ayat suci tentramkan hati
jiwaku meringgis: takjub

20 Maret 2008
Terompah sunyi


Sedap sunyi menggugah mimpi
Meredupkan malam yang menggambar sepi

pekikan perkutut menatap hidup
meludah keramai dunia
bebaskan jiwa dalam jaga
terbungkam sangkar janji

angin melukis hidup,
mengaroma bau busuk jiwajiwa

bersama fajar menyingsing
keranda maya merubah alam

20 Januari 2007

Samudra rindu

Kicauan kenari meliuk liuk
melambai jiwajiwa kering
laksana buku yang ku baca di meja pagi itu

angin hasrat berbisik
'tuk sekadar campakkan gelombang jiwajiwa suci
Laksana embun pagi itu

Wahai pengguasa malam
bersama angin ku titipkan wahyu
'tuk sekadar pesan menu sarapan pagi

tiada mewah, hanya sekeping kerang yang di rundung sepi
'tuk sekedar mengisi meja pagi ini

6 Januari 2008

Blaka

pernah kita sama-sama susah
terperangkap dingin malam
lubang jalanan
di gilas kaki waktu yang sombong.
terjerat mimpi,,,-!!

Lelah…

rasa panas mentari
sa’at nyaris roda nasip mengiris,,,-!!


Sementara hari tinggalkan tanya: lama aku sendiri
tanpa seorang yang sanggup mengerti,,,-!!


2007

cerpen

Bentuk Kematian Anjing

oleh
Dody Kristianto*


Bangkai anjing itu tergeletak di tengah jalan raya. Anjing jenis herder. Semua kendaraan berusaha menghindari bangkai anjing itu. Situasi jalan sedang ramai. Maklum, pagi hari ketika orang harus pergi ke tempat kerja. Tidak ada satu kendaraan pun yang berani melindas bangkai anjing itu.
Tubuh anjing itu terbelah menjadi dua bagian : bagian kaki ke ekor dan bagian kaki sampai kepala. Pada bagian kaki sampai ekor, tubuh itu telah burai, hancur berkeping-keping sehingga daging anjing itu berceceran. Sudah tak dapat lagi dikenali. Sedangkan bagian kaki sampai kepala masih utuh. Seolah nampak kalau hewan itu hanya tidur. Tidak ada sesuatu yang terjadi padanya.
Lidahnya nampak merah muda menjulur. Taring-taringnya masih terlihat utuh walau sedikit kekuningan. Tatapan matanya tampak mengarah ke depan. Kosong. Tapi sedikit terasa aneh, karena sepasang bola mata hewan itu seperti menyimpan sebuah dunia. Dunia yang dilihat dan ada dalam pikirannya.
Lalat-lalat pun berkerumun di bagian belakang bangkai anjing. Hewan-hewan kecil itu tampak menari menikmati daging segar yang berserakan. Bau bangkai itu masih segar. Tidak anyir seperti lazimnya bangkai tikus yang biasa tergeletak di sembarang tempat. Kesegaran daging bangkai anjing itu tentu menarik sebagian pengguna jalan. Walau sebisa mungkin mereka menghindar dari tumpukan daging itu, mereka tidak bisa menyembunyikan ketertarikan mereka pada pemandangan langka tersebut.
Waktu hampir menunjukkan pukul 7 pagi. Tak ada yang berani menyentuh bangkai anjing itu. Bahkan kendaraan-kendaraan yang melintas sebisa mungkin tidak menginjak dan membuat keburaian bangkai itu bertambah parah. Lalat-lalat masih terlihat mengerubungi bagian belakang bangkai anjing.
***
Pukul 8 pagi. Polisi mulai mengevakuasi bangkai anjing itu. Karena satu jam sebelumnya, jalanan dibuat macet karena bangkai yang tergeletak di tengah jalan. Evakuasi tentunya tambah memadatkan jalan. Bahkan tak jarang polisi harus mengatur arus lalu lintas. Sementara tim yang lain mengangkat bangkai anjing itu. Dua polisi yang menangani bangkai itu.
Bagian depan, kaki ke kepala bias terangkat dengan mudah. Tapi untuk bagian belakang, kaki ke ekor, mereka harus melakukannya dengan teliti dan hati-hati. Sebab bagian itu sudah berupa ceceran daging dan bercak-bercak darah yang mulai mengering. Ceceran daging harus dibersihkan dari aspal jalan agar tidak meninggalkan bau anyir menyengat yang bisa mengganggu pengguna jalan.
Sekitar satu jam evakuasi itu berlangsung. Polisi mulai meninggalkan lokasi tergeletaknya bangkai anjing itu. Lalu lintas sudah mulai lancar. Tentu noda bercak darah masih tertinggal di aspal jalan. Lalat-lalat kini berebut mengerubungi bercak darah yang mulai mengering.
Sementara, bangkai anjing itu berada di atas mobil polisi. Polisi menumpuk dua bagian yang terpisah itu. Bagian yang telah hancur di bawah dan yang masih utuh di atasnya. Tatapan mata bangkai itu masih menatap kuat. Masih tetap kosong. Seakan mata itu sulit dipejamkan. Tatapan itu seperti menyimpan sebuah dendam.
***
Seperti anjing-anjing yang biasa berseliweran di daerah itu, anjing itu pun tidak terlalu terlihat istimewa. Ia juga melakukan rutinitas seperti anjing jalanan yang lain. Mengais makanan sisa di tempat sampah, terkadang berkelahi memperebutkan makanan atau pasangan, juga bersetubuh dengan anjing betina di sembarang tempat. Sampai akhirnya mencari tempat untuik berteduh.
Yang membedakan ia dengan anjing-anjing yang lain adalah ia bertubuh lebih besar. Bulunya sedikit berwarna gelap. Kendati demikian, hal tersebut tak lantas membuat anjing-anjing lain takut padanya. Sebab ia bukanlah anjing yang tumbuh besar di jalanan. Ia sebenarnya anjing penjaga rumah.
Anjing dulu mempunyai seorang majikan. Majikan yang sangat baik dan menyayanginya. Semenjak kecil anjing itu dirawat dan tinggal bersama dengan keluarga si majikan. Anak-anak si majikan kerap bermain dengan anjing itu. Anjing itu menjadi bagian dari keluarga itu.
Sang majikan setiap pagi dan sore selalu mengajaknya berkeliling kampung. Anjing itu melangkah gagah, seolah tak memperhatikan sorot tajam anjing lain yang tertuju padanya. Pada setiap malam, anjing itu juga sigap menggonggong pada setiap gerak-gerik mencurigakan yang ia tangkap di sekitar rumah sang majikan. Gonggongan yang sangat memekakkan telinga.
Namun, anjing itu menangkap bentuk aneh suatu ketika. Bentuk bayangan putih berbau menusuk. Bentuk bayangan putih itu membelah angin, memerosok ke dalam pepohonan hingga menimbulkan suara gemerisik. Suara yang mungkin akan membangkitkan orang-orang yang tertidur. Tapi anehnya, tak ada orang yang terbangun. Pun hewan-hewan yang berada di sekitar bayangan putih itu. Hanya anjing itu yang tahu. Hanya anjing itu. Anjing itu pun menggonggong sebagai wujud rasa penasaran terhadap bentuk aneh tersebut.
Bentuk bayangan aneh acapkali berkelebat di hadapan anjing itu. Sehingga hanay anjing itu yang mengakrabi bentuk aneh tersebut. Si majikan juga bingung dengan perubahan yang terjadi pada anjingnya. Saat si majikan melihat anjingnya menggonggong, ia menatap tak ada sesuatu di depan. Sesuatu yang kerap digonggongi oleh anjingnya.
Kebiasaan si anjing yang menggonggong tanpa sebab mengakibatkan bising dalam keluarga itu. Tak hanya keluarga itu, namun juga rumah di sekitar keluaraga itu. Mereka semua dibuat jengkel. Lama-lama sang majikan tak tahan juga. Diusirnya anjing yang sudah beberapa tahun mereka pelihara. Mereka merasa jika anjing itu sudah gila.
Anjing itu tak peduli. Ia tetap menggonggongi bayangan putih yang kerap melintas tiba-tiba di depannya. Lemparan sandal, sepatu maupun batu yang dilakukan orang-orang padanya tidak digubris. Hanya bayangan putih. Hanya bayangan aneh itu yang selalu mengganggu otaknya. Ia sampai menggonggong berhari-hari hanya karena rasa ingin tahu.
Suatu malam, anjing yang sedang tidur di bawah emperan toko itu dikejutkan oleh bayangan putih. Entah untuk keberapa kali. Anjing itu pun tergeragap. Ia terbangun karena bau menusuk yang ditimbulkan oleh bayangan aneh. Hewan itu mulai mengejar bayangan putih. Situasinya benar-benar mirip ketika si majikan melempar tulang dan anjing itu harus mengejarnya. Tapi yang dikejar saat itu bukan tulang. Yang dikejarnya adalah bayangan putih. Ia berusaha mendekap bayangan itu.
Sampai beberapa meter jauhnya, anjing itu tidak merasa bila ia telah mengejar bayangan putih hingga jalan raya. Jalan raya yang terlihat sepi. Hanya anjing itu berlari sendirian. Tiba-tiba dari arah selatan muncul truk tronton yang melaju kencang. Pengemudinya merasa tidak melihat apapun di depan. Sedang anjing penasaran itu akhirnya bias merengkuh bayangan aneh. Kakinya mencakar-cakar. Moncongnya menggigit. Ia mempermainkan sesuatu yang selama ini membuatnya penasaran. Ia melakukannya di tengah jalan raya yang sepi.
Dan tabrakan akhirnya 5tak terelakkan. Anjing itu terlindas, tepatnya di bgian belakang. Seketika ia melolong. Tubuhnya terbelah. Bagian belakang hancur lebur. Daging-daging berloncatan. Sedang bagian depannya masih utuh. Cakar anjing itu masih berusaha mengais bayangan putih yang perlahan lepas dari dekapannya. Lidahnya menjulur seolah merasakan sakit yang ia rasakan. Kakinya masih terlihat bergerak dengan interval yang mulai melambat. Sementara bayangan aneh itu makin bergegas jauh. Begitu juga dengan truk yang telah melindas bagian bagian belakang tubuhnya. Anjing itu akhirnya terdiam dengan tubuh yang terbelah jadi dua bagian. Sedangkan cuilan daging-daging segar berceceran di tengah jalan.
***
Pihak kepolisian memutuskan untuk mengubur bangkai hewan malang itu di halaman kosong. Sebuah area berjarak beberapa meter dari kantor kepolisian. Bagian tubuh yang hancur dibungkus dengan tas plastic. Sedangkan bagian tubuhnya yang masih utuh dibiarkan. Lubang berukuran 1x1 meter disiapkan, dengan kedalaman kira-kira semester juga. Kedalaman yang kiranya cukup untuk menutup bau bangkai yang menyengat.
Bagian belakangnya yang hancur ditaruh terlebih dulu. Baru setelah itu bagian yang masih utuh. Tatapan mata bangkai anjing itu masih tetap tajam. Ia menatap bayangan putih yang membuatnya penasaran. Dunia disekitarnya berubah menjadi bayangan putih. Bayangan yang mengelilinginya, sesaat sebelum bangkainya dipendam di dalam tanah.

*) Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya. Aktif di Komunitas Rabo Sore (KRS).

puisi-puisi cinta

sajak-sajak cinta Akhmad Fatoni

sembilan ayat-ayat cinta

sejak aku memilih jatuh cinta
nyawaku pun sudah berpuasa
dan aku pun telah menyatukan
dirimu dalam degup jantung dan hembus nafasku


1.
- mata yang indah

untuk melihat, mataku
sebab matamu ku temukan
sebuah pulau impian
yang kupilih untuk hidup bersamamu


2.
- senyuman

selalu membuat aku bingung: melihat,
mengingat, atau menyimpan
memiliki dan mengabadi
seperti wajahmu yang mencuri tiap waktuku

masa-masa itu membuat ragu
seperti hidup enggan, mati pun tak mau.


3.
- merah

rambut panjang, ceria, dan yang
penting dia manis, suka mencuri
mencuri ketenanganku.

aku memilih warna yang cerah,
dimana tumbuh keinginanku
sebab aku telah menunggu putih
yang datang memcium pipiku
sebab ia lebih memilih percaya
dengan ungkapan temannya daripada suara bisikan kalbunya


4.
- memo pertama

ke dalam airmataku, aku bertemu
melalui barisan kata-kata

aku sungguh gugub, juga bahagia
engkau berkata: tentang dosa,
-bukan pada tuhan- cintaku,
aku faham perangaimu
walau menyebut nama dan ingin menebus dosa
juga membalas jasa

di hatiku, engkau tahu
tetapi sungguh ak ragu dengan kata-katamu

"merasa salah, tak berdaya!"

aku pun kau rayu

aku ragu
walau harummu mencuri tidurku

-memo kedua

engkau membuka pintu
mencuri kata, memutar fakta

suatu kenangang terungkap
bagai rintik hujan yang terjatuh

tak terlewat
pas, mengenai lapisan tanah yang mulai basah.
mulai kering dan kerontang

angin berhembus
membawa kabar
yang menerbangkan aku

senja memang indah
ingin juga memilikinya
aku pun menuggu diruang tunggu

pada sepasang merpati
yang kau kirim
aku pun tak memberi pelukan
aku melepasnya

5.
-pembalasan

perjalanan terasa penuh duri
bagai siksa panas berapi
engkau pun mengirim kalimat yang melarungkan sepi
mengekalkan luka,
dengan menulisnya,
sebab engkau rupa-rupa dusta

terima kasih, catatan ini membuatku
lahir kembali setelah mati suri
sebab jiwaku tersesat
pada belantara gelappekat

6.
- boneka bunga waru

aku ingin menjadi mimpi
untuk memenuhi setiap tidurmu.

hatiku telah letih
sebab engkau menanamkan perih
dan pepohon luka

tetapi engkau pernah lupa
pada ladang dusta yang kau pilih

itulah aku, putih seputih airmata
tuhan, yang sempat engkau kerdili

cuaca ini telah mengerti
membawaku pada ruang
rapat yang sunyi dan sepekat angan

diam-diam hujan menyadarkanku
dari lamunan,
dan akupun menyatukan jemari daun-daun kasihku

7.
- putih

aku kembali
pada mimpi
sebab wajahmu tumbuh dalam
daunku.
mengetarkan jiwaku

aku mengira
fajar subuh masih kelabu
tapi aku terlanjur terlena
pada manis senyummu

8.
- penderitaan

robeknya kesadaranku mengalirkan
kehidupan baru, mengenali derita
dan memecahkan biji jiwaku

perlahan, perubahan terjadi
walau ragu tapi saling mengisi
namun engkau terlalu panas
hingga engkau lebih memilih membakar
jiwaku dengan senyumanmu

9.
-benang merah

musim pasang terjadi-memperkaya cinta-untk bersama
membunuh waktu
mengisi kosong dan menutupi getir luka
hartamu membisik "tidak"
penuh hasrat
katamu membangun candi-candi semangat
dan membentuk singgasana bahagia

perjalan cintaku
(2005-2008)



keraguan
:venny aisyah

bunga akan selau indah
disukai tiap wanita
namun engkau mawar
penuh duri
menusuk jasadku, hingga
aku tak mampu memetikmu

boneka, selalu lucu
memecahkan kesunyian dalam sepiku
selucu senyummu
tatkala fajar harapan
memperkenalkanku dengan matamu]

biarlah aku berbaring
karena jiwamu berhias duka
namun daku jiwa derita
tidak.tidak.
aku tidak mengucap selamat tinggal
hingga satapku
tak mampu mengajakmu terbang

tenanglah, aku kumbang
kan menyucup madu cintamu
dengarlah
bahasa jiwaku, mengisahkan perdu
sebab segalanya untukku.

(2008


murka kekasihku
: untuk venny yang kesekian kali

di dalam hasratku, ada ketulusan
kerinduan yang memancar sinar
terang yang merubah gelap

engaku tak tahu
bukan tak pernah tau penderitaanku
mempersekutukan dengan nyawaku

seandainya engkau tahu
isi dari ruang yang aku miliki
yang menampung jejak waktu

sediktnya tak pernah melupakanmu
namun engkau tak tampak
hanya berupa kabut di hatimu

dahagaku, terpuaskan
menatapkan cinta bukan semata
perkembangbiakan nafsu

aku ingin
engkau bahagia
bukan seperti ini,

percayalah, aku pasti kembali
dengan menyatukan hati keabadian
antara aku dan dirimu

(2008)



cinta bagiku
:hanya untuk venny

cinta yang indah
kupetik dari tangkai senyummu
menyegarkan ladang jiwaku

cinta kita
dihiasi tangis, tetapi bukan keterasingan
membuatnya bercahaya terang nan indah

dan aku, merasa damai
tatkala jemari kasihmu
memerhati lekuk-lekuk sunyiku

engkau burung jelita
yang kutangkap untuk ku kasihi
bukan untuk aku sakiti
hingga saban malam, kunyanyikan
melodi cinta yang belum pernah kau dengar
yang melahirkan bisikan bisu
di dalam dadamu


setiap sajakku adalah irama yang kau pilih
yang kujadikan tembang dalam kehidupan

jiwamu adalah sumber ketenangan bagiku
sebab darimu aku
bisa memadukan derita dan bahagia

(2008)