Friday 28 May 2010

UNDANGAN TERBUKA: Festival Bulan Purnama Majapahit Trowulan -Mei 2010

SALAM HORMAT,

DEWAN KESENIAN KABUPATEN MOJOKERTO TURUT MERAYAKAN HUT LUDRUK KARYA BUDAYA KE-41, MENGGELAR ACARA FESTIVAL BULAN PURNAMA MAJAPAHIT TROWULAN 2010, pada:

HARI/ TANGGAL : SABTU, 29 MEI 2010
PUKUL : 19.00 Wib (BA'DA ISYA')
TEMPAT : di GAPURA WRINGIN LAWANG, TROWULAN


ATAS PERHATIANNYA DISAMPAIKAN TERIMA KASIH.


SUSUNAN ACARA FESTIVAL BULAN PURNAMA MAJAPAHIT TROWULAN 2010


A. PRA ACARA, GENDING CAMPURSARIAN, menampilkan :
- Duet Mbak Win dan Cak Sutris
- Duet Mbak Ririn dan Cak Sukis

B. ACARA INTI :
1. PEMBUKAAN
2. PRAKATA oleh H. Drs. Eko Edy Susanto, M. Si (Ketua Umum Dewan Kesenian Kab. Mojokerto) dan pembacaan laporan anggaran kegiatan Festival Bulan Purnama Majapahit bulan April 2010
3. ORASI BUDAYA oleh Bapak R. B Sentanu, Direktur Mind Management Center dari Katahati Institute,. Jakarta
4. LAUNCHING WEBSITE FESTIVAL BULAN PURNAMA MAJAPAHIT TROWULAN 2010 www.festivalbulanpurnamamajapahit.com
4. SAMBUTAN oleh Bapak Drs. Afandi Abdul Hadi, SH, M. Pd (Kepala Dinas PORABUDPAR Kab. Mojokerto)
5. PENTAS KOLABORASI LUDRUK KARYA BUDAYA, PENGURUS DEWAN KESENIAN KAB. MOJOKERTO dan MAHASISWA JURUSAN TEATER STKW SURABAYA


-----------

KONTAK PERSON :

1. Bapak H. Drs. Eko Edi Susanto, M. Si, Ketua Umum Dewan Kesenian Kabupaten Mojokerto, Jl. Jayanegara 4 Kabupaten Mojokerto 61361, HP: 081 231 89 347.
e-mail: dewankeseniankabmojokerto@gmail.com
2. Bapak Drs Hadi Sucipto, Ketua Panitia Pelaksana Festival Bulan Purnama Majapahit 2010, Jl. Jayanegara 4 Kabupaten Mojokerto 61361, HP. 081 359127 800
3. Bapak Drs Afandi Abdul Hadi, SH, MPd. Kepala Kantor Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Mojokerto, Jl. Jayanegara 4 Kabupaten Mojokerto 61361, HP. 081 331 894 120
4. Ibu Sri Mulyaningsih, SE, Bendahara Panitia Pelaksana Festival Bulan Purnama Majapahit 2010, Jl. Jayanegara 4 Kabupaten Mojokerto 61361, HP. 03216238527
5. Bapak Aris Soviani, Kepala Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jatim, Trowulan, HP. 081 216 14166
6. Heri Lentho Prasetyo, Ketua Bidang Program Dewan Kesenian Jatim, Surabaya, HP. 081 851 2220
7. Bapak Muhammad Yusuf, Katahati Institute, 081 330 666 919/ 08133 222 1109

-------------
DONASI:
NO REKENING DEWAN KESENIAN KAB. MOJOKERTO : BCA MOJOKERTO 0501863326.
Laporan Keuangan akan ditampilkan pada website www.festivalbulanpurnamamajapahit.com

sumber: pesan Fb dari abdul malik

Wednesday 19 May 2010

PENGAJIAN SASTRA #17

kali ini menghadirkan Dua penyair (Ahda Imran dan Acep Zam Zam Noor)

keduanya akan membacakan sejumlah puisi karya mereka dan ngobrol soal proses kreatif, bagaaimana seharusnya manjadi penyair, dan sejumlah persoalan kepenyairan.

catat, Minggu 30 Mei 2010 jam 13.00 sampai selesai, di Gedung Indonesia Menggugat Jl.Perintis kemerdekaan nomor 5 Bandung.

jangan lewatkan acara spesial ini, penting untuk para penyair muda

acara ini gratis dan ntuk umum!!

silahkan klik ; http://pengajiansastra.wordpress.com/info-majelis-sastra/

sumber dari pesan fb Almukarom Kyai Matdon

Monday 17 May 2010

Info buku baru: Nyanyian Dari Pinggir Hutan

Penulis: Mulyadi dkk.
Penyunting: Puthut EA
Penerbit: Java Learning Center (JAVLEC)
Edisi: I, April 2010.
Detail: 13x19cm, xiv+106hlm.
Harga: Rp.30.000,-

Lengkap klik: http://bukuinsistpress.blogspot.com/2010/05/nyanyian-dari-pinggir-hutan.html

Sumber: pesan FB dari Tokobuku Insistpress

AGAR TULISAN KITA MENEMBUS KORAN

(Esei untuk GELADAK SASTRA #3, MINGGU, 16 MEI 2010)

Oleh : Dian Sukarno*)

“Scripta manen verba volen”
Kalimat dari bahasa Latin yang mengandung arti yang tertulis akan abadi yang terucap akan lenyap telah mengilhami banyak penulis, baik senior maupun pemula untuk menyalakan obor kreatif kepenulisan, tidak terkecuali saya. Meskipun melalui sahabat Fahrudin Nasrulloh kalimat itu baru nyampe ke telinga saya. Namun tak ada kata terlambat untuk memulai sebuah karya besar.

Menulis merupakan potensi kreatif dari kebiasaan membaca. Sehingga banyak fakta menunjukkan banyak penulis besar bermula dari jam terbang kebiasaan membaca. Paling tidak bagi kita dengan sedikit meluangkan waktu membaca apa saja akan memperkaya literature dan pengayaan kata. Dengan demikian memudahkan untuk menyusun dan merangkai kata-kata. Meminjam istilah sahabat Fahrudin sebagai pemulung/ pemungut kata-kata.

Berkait dengan uraian tersebut saya terngiang kalimat Steven R. Covey dalam bukunya Seven Habits, yaitu; Tebarlah ide/gagasan tuailah perbuatan. Tebarlah perbuatan tuailah kebiasaan. Tebarlah kebiasaan tuailah karakter. Tebarlah karakter tuailah nasib. Jadi sebenarnya dalam menulis pun tidak lepas dari aktivitas berulang-ulang yang kita lakukan, termasuk kegiatan membaca. Ya, membaca apa saja, semakin banyak literature lagi-lagi akan memudahkan kita menuangkan dalam bentuk tulisan bernas/ berisi.
Mimpi atau impian menjadi penulis terkenal harus terus dipupuk. Kalau perlu daya khayali masa kanak-kanak kita dimunculkan kembali. Karena daya khayal menurut Albert Einstein adalah penyumbang delapanpuluh persen dari segala bentuk penemuan. Jika itu sudah dilakukan langkah berikutnya segera menulis. Menurut filosofi Jawa ngelmu iku kelakone kanti laku, artinya manfaat ilmu baru bisa dirasakan jika sudah dipraktekkan. Sebuah paragraf yang buruk lebih utama daripada hanya sekedar beretorika.
Untuk memberi semacam oli/ pelumas bagi mesin kreativitas, maka kita harus memaksa diri masing-masing untuk mencapai target. Misal dalam sehari sudah berapa halaman buku kita baca dan berapa lembar tulisan kita hasilkan? Untuk yang satu ini saya telah mempraktekkan dengan menulis tiga lembar tentang apa saja. Hasilnya saya tercerahkan secara pemikiran dan terpuaskan secara batin.

Langkah selanjutnya yang tidak kalah penting yaitu mempublikasikan karya yang sudah kita buat, bahkan mungkin kita melakukannya sampai berdarah-darah. Publikasi ini bisa melalui kegiatan komunitas seperti Geladak Sastra di Lembah Pring, melalui internet, dan media cetak (koran, majalah).

Pertanyaannya kemudian bagaimana strategi agar tulisan kita dimuat di koran? Dalam hal ini kadang kita perlu memahami rambu-rambu, misalnya; tema tidak terlalu umum, unik (baik kata-kata maupun obyek tulisan), disesuaikan dengan visi/ karepe media bersangkutan, dan usahakan agar tetap produktif meskipun tulisan itu akhirnya mampir ke keranjang sampah. Semoga bermanfaat..!

*) Penulis adalah pegiat budaya dan pimpinan sanggar tari Lung Ayu, Sengon, Jombang

Sumber: Catatan di Fb Jabbar Abdullah

:: Menulis! :: *




Oleh : Bandung Mawardi**

Menulis bukan urusan ingin! Menulis itu menulis. Hukuman berat untuk orang-orang dengan “hantu-hantu ingin” adalah kebingungan, kelinglungan, kesakitan, dan kedukaan. Takdir penulis tidak sekadar merawat ingin dengan nafsu atau lesu. Tuturan tentang orang ingin menulis menjelma benih-benih kematian menjelang kehidupan. Kabar sorga aksara dan neraka aksara mungkin tak melewati jalan mereka. Makna tak mau mampir karena tak ada ruang tamu untuk perjamuan.

Menulis bukan urusan menata kata! Menulis itu kerja. Orang memerlukan untuk menempuhi jalan menulis dengan segala milik diri. Kemanjaan dan minimalitas diri justru membuat petaka. Menulis adalah keterlibatan mencekam dan melegakan dari proses keringat kata, geliat imajinasi, sekarat tubuh, dan lenguh iman. Kerja menulis mirip ibadah dalam keterlenaan ruang dan waktu.

Menulis bukan urusan tampil diri sebagai bacaan! Menulis itu membaca. Modal membaca tak bisa ditangguhkan atau diabaikan sebagai sekadar instrumen. Membaca mesti jadi jelmaan iman karena memberi terang. Urusan membaca adalah urusan melibatkan diri untuk merasai hadir dalam jagat kata dan resah memamah pernik-pernik makna dari segala penjuru. Membaca tidak membuat orang menguburkan diri tapi menyelamatkan jalan pembebasan dari jerat kedunguan dan dosa-dosa picisan.

Menulis bukan urusan menanti! Menulis itu tindakan melawan kutukan malas dan lupa. Intensitas mengurusi kata bakal membukakan lorong-lorong gelap untuk minta terang. Perjalanan tak mesti menggairahkan karena setan-setan menari dengan berahi kesesatan. Menulis menjadi urusan mencari dan menemukan. Menulis tidak mirip penantian kekasih dalam ketelanjangan diri. Menanti bisa menumbuhkan benih-benih kepasrahan dan siksa tanpa pengharapan. Anutan atas pilihan menanti tentu kisah sakit penulis. Rumah sakit susah menyembuhkan dan kuburan lekas membuka diri dalam senandung keputusasaan.


:: Tulisan? ::

Oleh : Bandung Mawardi


Tulisan memiliki jalan untuk menghuni lembaran koran, jurnal, buletin, majalah, atau buku. Jalan ini ramai karena orang-orang merasa memiliki hak untuk sampai. Tanda-tanda jalan tak bisa memastikan tulisan tersesat, tabrakan, mati kehausan, atau tertidur di selokan. Jalan besar itu sesak oleh doa, pengharapan, cacian, keluhan, dan protes. Tulisan bisa bergelimang dosa oleh kutukan-kutukan atau pengabaian. Tulisan pun menuai berkah saat pikat merasuki manusia-manusia pilihan dalam memberi putusan dilematis.

Penulis mungkin hidup dengan ambisi menghadirkan tulisan di koran, jurnal, buletin, majalah, atau buku melalui keajaiban. Ambisi ini bakal lengah dalam menolak kabar kematian. Ambisi bisa disemaikan dengan optimisme melalui kepekaan atas nasib tulisan untuk menempuh jalan menyapa pembaca. Kepekaan ada saat intimitas diri dengan tulisan dan media mencapai ruang dialog. Tulisan hadir karena transaksi dari sekian argumentasi internal dan eksternal. Transaksi itu alot. Model ini menjadi sasaran dari curiga dan luberan doa dari penulis.

Menulis dan mekanisme menemukan jalan ke media itu urusan sepele. Klaim sepele ini tidak merendahkan tapi memartabatkan diri penulis dalam gairah dan gerah. Kesepelean justru membuat orang kerap terlena dan mengentengkan ketimbang memikirkan dengan iman. Kesepelean memerlukan iman. Rumus mujarab untuk menulis dan menempuhi jalan media adalah iman. Iman ini mencakup kompleksitas otoritas dan kesadaran pelbagai instrumen dalam optimisme melahirkan tulisan dan merawat sebagai berkah untuk dunia.

---------------------

* Makalah ini disampaikan dalam Geladak Sastra #3 pada tanggal 16 Mei 2010 pukul 19.00 Wib

** Bandung Mawardi, Esais Kabut Institut Solo.

sumber: catatan FB Jabbar Abdullah

Friday 14 May 2010

Prinsip Dasar Menulis Puisi

Oleh : senja turun perlahan

tuan-tuan, nona dan nyonya, izinkan saya menyampaikan kesaksian kecil ini.
menurut sohibul hikayat tun saini km [km = kosim, bukan ketua murid], menulis puisi itu mudah. Tapi pernyataan tuan saini, segera dibantah oleh meester tardji [sutardji calzoum bachri], bahwa menulis puisi itu sungguh tidak mudah, buktinya, tuan saini sendiri tidak produktif dalam menulis puisi.

kita bisa segera mafhum:: yang dimaksud mudah oleh tun saini adalah menulis puisi asal, sedang yang dimaksud tidak mudah oleh meester tardji ialah puisi yang berkualitas. menyanyikan lagu yang sumbang barangkali gampang, tetapi bernyanyi dengan prinsip-prinsip dasar musik tidak semua orang bisa melakukannya. bahkan ada manusia-manusia yang lumpuh saraf musikalnya, hingga beliau-beliau tidak mengerti apa itu tangga nada dan tempo yang menjadi elemen penting pada sebuah musik.

ya| menulis puisi yang berkualitas memang tidak gampang. sutan ahda [ahda imran=redaktur puisi di koran pikiran rakyat] menyampaikan kesaksian:: berpuisi berbeda dari arisan. melahirkan sebuah puisi bagi sutan ahda, berbeda dengan melahirkan telur bagi ayam broiler. kalau ada penyair yang begitu mudah mendeklarasikan antologi puisi, patut dicurigai, jangan-jangan puisinya tidak berkualitas atau “puisi mudah” menurut tun saini km itu.

tetapi ada ”penyair lugu permanen” yang begitu produktif, walau setelah diperiksa, ternyata puisi-puisinya nya banyak berupa pengulangan belaka. puisi yang satu nyaris senada dengan puisi lainnya. “penyair lugu permanen” itu, dalam kategorisasi sutan ahda, masuk ke dalam barisan ayam broiler. sekarang si ayam broiler itu, seringpula disapa dengan “penyair porno”, ”penyair mesum” yang rajin bertelur.

tun saini barangkali senafas dengan almukarom edgar [edgar allan poe:: sastrawan neg-pop amerika] yang bersabda, bahwa menulis itu gampang. langkahnya hanya ada tiga. langkah pertama adalah tulis, langkah kedua adalah tulislah, langkah ketiga, kemudian tuliskan.

membuat kue juga gampang. tapi untuk membuat kue, ada sekolahnya hingga ke perguruan tinggi, yakni di jurusan tata boga yang mencetak para chep [koki]. tetapi ada penyair yang tidak pernah belajar secara akademis bagaimana menulis puisi, sebab kenyataannya pula, para penyair “garda depan” [garda depan bisa dilihat dari kebesaran namanya, atau garda depan karena kualitas karyanya] di tanah air, kebanyakan bukan lulusan sekolah bahasa dan sastra.

beberapa penyair, sastrawan, dan sekolahnya:
1. anumerta chairil anwar [lulusan stovia, setingkat smp]
2. anumerta ws rendra (ilmu sastra inggris di ugm| tidak rampung)
3. anumerta ibrahim sattah [alumni sma]
4. meester tardji [lulusan ilmu pemerintahan| unpad]
5. dokter taufik ismail [lulusan kedokteran hewan| ui]
6. putu wijaya [ilmu hukum| ugm]
7. mang acep zamzam noor [ilmu melukis| itb]
8. syeh afrizal malna [ilmu filsafat driyarkara/ tidak rampung]
9. tuan nirwan dewanto [ilmu geologi| itb]
10. lord goenawan mohamad [alumni sma]. lord tidak kuliah karena ia tidak menemukan jawaban atas pertanyaan: harus kuliah di mana supaya lulusannya bisa jadi penyair?

jadi, memang kenyataannya ada ”penyair alamiah” sebagaimana juga ada koki alamiah, yakni tukang nasi goreng keliling kampung. para “penyair alamiah” itu, belajar menulis puisi dari pengalaman, dan mereka mengaduk kata, memeriksa kelezatan adonannya, dari pengalamannya sendiri. imanku ialah pengalamanku [kata anumerta ws rendra]. Memang kenyataannya pula, untuk membuat nasi goreng yang enak, cukup dengan jadi tukang nasi goreng keliling kampung. ia melayani para subscriber, hingga bisa menghapal komposisi nasi goreng yang selaras dengan semangat lidah para buyer.

jadi, prinsip pertama dalam menulis puisi, ialah: tuliskan pengalamanmu secara alamiah. prinsip berikutnya adalah meniru pohon jati: pohon jati tidak tumbuh tergesah-gesah, bahkan ia harus meradang dengan mengugurkan daun-daunnya kala angin muson dari arah timur menghalau segala kemungkinan. pohon jati jadi kerontang, meradang, namun tetap bertahan.

prinsip-prinsip lainnya, yang lebih metodis dan akademis, akan disampaikan pada goresan pena pekan depan.

sumber: situs seni

Ludruk Remaja Lakon Derita Tanpa Batas di THR Surabaya

Ludruk Remaja Lakon Derita Tanpa Batas
Sabtu, 27 Maret 2010
Pukul 19:00 - 22:00 wib
di
Kompleks Kampung Seni, Gedung Ludruk THR,
Jl. Kusuma Bangsa Surabaya
Salam Budaya!

Bermula dari keresahan akan punahnya kesenian ludruk di kalangan remaja, memaksa kami tidak bisa tinggal diam. Sekelompok komunitas yang masih peduli akan regenerasi dan pelestarian seni ludruk mencoba menghidupkan kembali kesenian asli Jawa Timur tersebut sebagai khasanah budaya bangsa agar bisa bersaing ...dengan masuknya budaya modern dan bisa diterima di semua kalangan.

Dengan latar belakang yang sama, Ludruk Pinggir Laut (SMAN 3 Surabaya), Ludruk Djaja Makmoer (SMAN 5 Surabaya), Ludruk Sunan Prapen (SMAN 16 Surabaya), Ludruk Twenty One (SMAN 21 Surabaya) dan Komunitas Ludruk Remaja ‘Marsudi Laras’ membentuk sebuah wadah bernama Komunitas Ludruk Remaja Surabaya. Ternyata komunitas ini mendapat respon positif dari berbagai pihak terutama UPTD THR Surabaya. Kampung Seni THR memberikan fasilitas untuk mewujudkan visi dan misi kami.

Dengan segala keterbatasan, komunitas ini mencoba untuk berproses demi pelestarian kesenian ludruk dan menunjukan kepada semua kalangan bahwa regenerasi seniman ludruk di Surabaya masih berlangsung. Ini semua terwujud dengan diselenggarakannya Pagelaran Ludruk Remaja yang akan digelar pada hari Sabtu, 27 Maret 2010, di Kampung Seni THR Surabaya, dengan lakon “Derita Tanpa Batas”.
Dengan pementasan ini, besar harapan kami mendapat tanggapan positif dari berbagai macam pihak serta mendapatkan dukungan yang lebih. Kami juga berharap pada generasi muda yang lain agar bisa bergabung dan berpartisipasi dalam pelestarian kesenian ludruk.

Surabaya, 24 Maret 2010

Hormat Kami,
a/n Komunitas Ludruk Remaja Surabaya
Taufiq Solekhuddin
(HP: 081330088513)


sumber: pesan dari FB majalah kidung

25 Tahun Kalyanamitra

LATAR BELAKANG

Sejak Orde Baru berkuasa tahun 1966, maka beberapa organisasi perempuan yang sebelumnya gencar melakukan perjuangan pembelaan hak-hak perempuan, yang sedikit banyak berafiliasi dengan partai-partai politik, mengalami penghancuran dan pelarangan dalam aktivitas-aktivitas politik mereka. Gerwani misalnya, mengalami penghancuran luar biasa dari rezim Orde Baru, dengan melarang organisasi ini beraktivitas bahkan memenjarakan sebagian besar tokohnya. Perlahan tetapi pasti, Gerwani menghilang dari segala bentuk aktivitas politiknya. Hal yang relatif sama, juga dialami oleh beberapa organisasi perempuan yang berafiliasi dengan organisasi keagamaan, seperti Muslimat NU dan lainnya. Praktis organisasi-organisasi ini juga berkurang aktivitas politik terbukanya dan lebih banyak berkegiatan dalam isu-isu penguatan moral Islam dalam keluarga.
Hingga dekade 80-an kekuasaan Orde Baru atas gerakan sosial demikian otoriter, sehingga tidak dimungkinkan terbentuknya organisasi-organisasi sosial yang secara terbuka menyatakan perjuangan politiknya. Sebagian besar strategi perlawanan disiasati dengan cara sembunyi-sembunyi atau berkamuflase melalui institusi tertentu, seperti yayasan, lembaga swadaya masyarakat, dan lainnya. Demikian pula gerakan perempuan, baru menemukan kembali benang merahnya pada dekade 80-an, setelah hampir 20 tahunan vakum dalam arus percaturan kekuasaan politik Orde Baru.
Salah satu organisasi perempuan non pemerintah yang berhasil terbentuk yakni Kalyanamitra pada tahun 1985, sebagai tanggapan kritikal terhadap situasi dan kondisi perempuan pasca 1965. Sebagai organisasi perempuan independen, kemunculannya merupakan ekspresi baru dan rantai penyambung arus perlawanan gerakan perempuan masa-masa yang lampau. Meskipun dibentuk dengan gagasan sebagai pusat komunikasi dan informasi perempuan, namun dalam momen-momen perjalanannya dalam arus waktu yang dinamik, organisasi ini merespon begitu banyak isu strategis, sehingga sedikit banyak turut pula terwarnai karakter lingkungan internal organisasinya. Sepak terjang eksternalnya juga sedikit banyak ternuansa oleh dinamika sosial di berbagai tingkatan yang berkembang.
Dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya yang ke-25, Kalyanamitra akan melakukan serangkaian acara, yang dikemas dalam tema “Seperempat Abad Kalyanamitra: Perubahan bagi Perempuan”. Tema ini diangkat agar semakin tegas dan jelas bahwa perempuan Indonesia memerlukan perubahan dalam berbagai dimensi dan aspek kehidupannya sehingga mampu menjadi perempuan Indonesia yang seutuhnya. Di sisi lain, perubahan ini harus diupayakan bersama oleh semua pihak yang konsen pada kaum perempuan dan menuntut negara untuk mempertanggungjawabkan tindakan-tindakannya untuk memajukan perempuan Indonesia.
KEGIATAN
Serangkaian acara yang akan digelar dalam perayaan ulang tahun ini meliputi:
1. Bincang-bincang Santai; merefleksikan perjalanan 25 tahun Kalyanamitra dan sekaligus merayarakan Hari Perempuan Sedunia. Acara ini tentu saja akan membicarakan peran penting gerakan perempuan dalam memajukan perikehidupan perempuan Indonesia.
Narasumber yang akan hadir yakni
•Dr. Subagyo, MA (Deputi III Bid. Perlindungan Perempuan, Kementeri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak)*, yang akan membahas peran pemerintah dalam upaya perlindungan perempuan dan anak;
•Sita Aripurnami (Direktur Eksekutif Women Research Institute, Pendiri Kalyanamitra), yang akan membahas peran Kalyanamitra dalam gerakan perempuan;
•Eva Kusuma Sundari (Anggota DPR RI), yang akan membahas kiprah perempuan masa kini.
Bincang-bincang ini akan dimoderatori oleh Wanda Hamidah*.
2. Pidato Kebudayaan; acara ini akan disampaikan oleh Debra Helen Yatim (KOMSENI, Pendiri Kalyanamitra). Pidato kebudayaan ini dimaksudkan untuk membangkitkan semangat kaum perempuan dan siapapun untuk memperjuangkan kemajuan perempuan.
3. Testimoni; acara ini merupakan kesaksian beberapa orang yang pernah bersinggungan dengan Kalyanamitra selama ini. Ibu Muslimah (komunitas), Maria H. (Kompas), Amiruddin (Elsam), Ratna B. (Federasi APIK), Niken, Ipah, Dyah, Tezhart (alumni), Vivi (Perempuan Mahardhika), semuanya akan memberikan kesaksian pengalaman bersinggungan dengan Kalyanamitra.
4. Musik dan Jaipongan; acara ini menjadi suguhan penyegar selama acara-acara lainnya berjalan. Akan tampil mengisi acara hiburan, yakni musik oleh Sanggar Anak Roda Pulogadung, Jamaica Café, Zulaikha & Andreas, dan Jaipongan.
5. Potong Tumpeng; acara ini merupakan acara puncak perayaan ulang tahun ke-25. Potong tumpeng akan dilakukan oleh Direktur Eksekutif dan Pendiri Kalyanamitra. Tumpeng akan diberikan kepada pihak-pihak yang berperan penting mendukung selama ini.
6. Bazaar dan Doorprize;
Catatan : *) Masih dalam konfirmasi
PELAKSANAAN
Waktu : 28 Maret 2010
Pukul : 12.00-18.00 (diawali dengan makan siang)
Tempat : Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki,
Jl. Cikini Raya 73, Tel 021-31934740, Fax 021-31934720.
PESERTA
Jumlah peserta yang diundang 400 orang dari kalangan pemerintah, akademisi, budayawan, pengamat sosial, aktivis, mahasiswa, wartawan, kedutaan, lembaga donor serta masyarakat umum.
SUSUNAN ACARA
12.00-13.00 wib : Registrasi dan makan siang
13.00-13.30 wib : Pembukaan:
-Sambutan: Rena Herdiyani (Direktur Eksekutif
Kalyanamitra); dan Debra H. Yatim (Komseni, Pendiri
Kalyanamitra)
-Potong Tumpeng
13.30-13.45 : Tari jaipongan
13.45-14.00 wib : Testimoni
14.00-15.30 wib : Bincang Santai tentang : “25 Tahun Kalyanamitra: Refleksi Gerakan Perempuan di Indonesia”
15.30-16.00 wib : Musik oleh Jamaica Café
16.00-16.15 wib : Testimoni
16.10-16.30 wib : Pidato Kebudayaan: Debra H. Yatim
16.35-16.45 wib : Zulaikha dan Andreas
16.45-17.00 wib : Doorprize
17.00-17.30 wib : Musik oleh Sanggar Roda
17.30-selesai : Penutupan

Sponsor:
- Cita Cinta
- The Royal Bank of Scotland (RBS)

Joko Sulistyo
Kajian dan Pengembangan
KALYANAMITRA
Jln. Kaca Jendela 2 No. 9 Rawajati-Kalibata
Jakarta Selatan 12750
T. 021-7902109; F. 021-7902112
E. ykm@indo.net.id
www.kalyanamitra.or.id

sumber: pesan FB dari majalah kidung

Informasi Terbaru dari Panitia GUSDUR 111:

Perubahan Susunan Acara GUSDUR 111, Selasa 20 April 2010

Di Pondok Pesantren Kaliopak, Jl. Wonosari Km.11, Klenggotan, Piyungan-Bantul, Yogyakarta

16.00-18.00 wib: Sarasehan Budaya; "Dialog Budaya, Menghidupkan Nilai-Nilai Kebersamaan"

Pembicara; Bondan Gunawan (mantan Jubir Presiden KH. Abdurrahma Wahid), M. Jadul Maula (Ketua LESBUMI), Akhmad Fikri AF. (Ketua PW.GP.ANSOR DIY), Jimmy Sutanto (Komunitas Tionghoa DIY)

18.30- 19.00 wib; Pawai Barongsai dari pintu masuk kampung Jl.wonosari ke Pondok Pesantren Kaliopak

19.00-19.30 wib; Kolaborasi Sholawat dengan Musik Tradisional Tionghoa

19.30-19.45 wib; Tahlil dan Doa Bersama

19.45-20.30; Orasi Budaya: Inayah Wulandari Wahid & Bondan Gunawan (Diawali dengan Barongsai)

20.30-21.30 wib; Pementasan Teater Komunitas Matapena (Diawali Sholawat kolaborasi dengan Musik Tradisional Tionghoa)

21.30 wib - penutupan acara diakhiri dengan Barongsai


sumber: pesan FB dari Ahmad Kekal Hamdani

LOMBA SKETSA/KARIKATUR

GRATIS>>> LOMBA SKETSA/KARIKATUR wajah GUBERNUR &WAGUB JATIM.Ketentuan: REMAJA usia SMP/SMA.KARYA Bisa dikirim di GALERI SURABAYA,JL.GUB.SURYO no 15, SBY.mulai TGL 1-8 mei.Bisa mengirimkan 2karya(sketsa&karikatur).Dilukis dikertas BC/sejenisnya.UK.A3.HADIAH berupa(UANG+TROPHY+PIAGAM).Diambil 100karya U/di PAMERkan.CP.Muit Arsa (08121638763/03177185830)


sumber: pesan FB dari Emink Sujalma

9 PEREMPUAN DALAM SAJAK

Sudah terbit: Buku Antologi 9 Penyair Perempuan Indonesia PEREMPUAN DALAM SAJAK. Kata Pengantar: Maman S Mahayana. Editor: Kurniawan Junaedhie. Penerbit: Kosa Kata Kita, Jakarta. 112 halaman.

Memuat karya: Faradina, Helga Worotitjan, Kwek Li Na, Nona Muchtar, Pratiwi Setyaningrum, Shinta Miranda, Susy Ayu, Tina K, dan Weni Suryandari.

Dalam kata pengantarnya, Maman S Mahayana, kritikus sastra, pengajar FIB-UI dan kini dosen tamu di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul al. menyebutkan:

................
Secara kualitatif, puisi-puisi para ibu rumah tangga ini sungguh
mengejutkan. Tema-temanya yang sangat "perempuan" disajikan tidak
sekadar bermain dalam bahasa yang diindah-indahkan, melainkan tetap
dengan memperhatikan keindahan puitik sebagai sarana yang tepat
merepresentasikan semangat perempuan Indonesia dalam menyikapi berbagai problem sosial-budaya yang kerap menempatkan posisi perempuan dalam stigma sebagai kaum marginal, tersisih. Ke-9 penyair yang terhimpun dalam buku ini juga tidak latah terjerumus pada epigonisme tematik yang mengumbar keindahan tubuh sekadar cari sensasi. Dengan begitu, mereka terhindar pula dari bentuk-bentuk ekspresi yang eksplisit dan artifisial. Maka, yang muncul kemudian adalah bahasa perempuan yang jujur pada hati nuraninya yang disampaikan secara metaforis, eksotik, yang tidak jarang juga sangat simbolik. Sebuah kekayaan pengucapan yang khas dan berpribadi.

Saya sungguh berbahagia membaca antologi puisi ini, meski di sanasini
saya kerap gagal menghindari serangkaian keterkejutan.
Betapa pun buku ini telah menegaskan kontribusi penting ke-9
penyairnya bagi perpuisian Indonesia yang beraneka warna, penuh dinamika dengan segenap semangat keindonesiaannya...........

Khusus fesbuker harga Rp. 36.000,- (sdh termasuk ongkir di wilayah P Jawa) dan termasuk tandatangan. Saat ini sudah bisa dipesan melalui inbox para penyairnya.

Beredar di TB Gramedia dll mulai minggu ke-2 bulan Mei 2010.***

sumber: pesan FB dari Kurniawan Junaedhie