Saturday 22 December 2012

Pertemuan Rutin KAJ, Sabtu, 22 Desember 2012

Pertemuan KAJ pada Sabtu, 22 Desember 2012 dengan agenda baca puisi, proses kreatif, dan diskusi berjalan cukup khidmat. Meski tidak semua awak KAJ bisa hadir, namun geliat masih terpancar. Hasil pertemuan tadi yakni beberapa tulisan singkat yang bisa dikatakan "selesai" atau masih mengendap di pikiran. Hasil tulisan itu bisa Anda simak berikut ini:



Kangen
Oleh: Alvy N. Dyna

Kesan. Aku pernah menemuinya tergantung di sudut bibirmu
Dalam malam yang menolakku kembali pulang
Sebab purnama terlanjur mencuriku, melabuhkannya
pada dadamu yang beraroma sepi

Kesan. Aku menganggapnya “pelipur”
merentas kalut dari lelapak penjudi
yang mempertaruhkan anak-istri dengan umpatan rasa puas
seperti sorotmu. Ya, netramu telah
meleburkan luka lama dan
lantas mengantarkannya bercinta dengan
abu rokok kita

Kesan. Akhirnya kau artikan itu adalah perpisahan
di mana sajak sudah dilepaskan Arya Dwipangga
di dermaga tempat Maling dan Ibunya bermain kutukan

Kesan. Kauacuhkan sebagai benak orang kesepian
Kemudian Kau seruput angin di antara lipatan dadaku
dan kautiupkan badai sebagai pengganti

Kesan. Kau ambil kembali. Kauselipkan di balik lehermu
Kau pergi tinggalkan aku yang
terletak di atas nisan tembikar

Lumbung KAJ, 22 Desember 2012


Mata Neyna
Oleh: Nasrulloh Habibi

                Pernahkah kautakluk pada tatapan pertama? Panah mata yang tiba-tiba menancap tepat pada jantung detak cintamu. Mata yang singgah sekian detik dan mampu meneduhkan hatimu. Mata yang memunyai ungkapan jernih bahasa hati pemiliknya. Mata yanga mampu mengalihkan perhatiannya dengan yang lain. Jika kaubisa membedakan warna sebuah senyuman, maka aku yakin kaupasti bisa membedakan sinar mata yang mampu menahan kedua kelopak matamu mengangah sekian waktu. Bilamana kauruntuh pada seutas atau segaris senyum, maka aku runtuh pada selengkung mata pada jeda waktu yang lama. Waktu yang tak kukenal telah memperkenalkanku pada dirinya yang melekat pada derat ujung penaku.

Lumbung KAJ, 22 Desember 2012  
 
                Wah
Oleh: Bagus Sambudi

Kau adalah malam yang lupa dengan gelap
“Apakah manis itu memang menyakitkan?”
Menjelma kesunyian, kauserupa teras
Tempatku menunggu apa yang entah

“Aku ingin hadir nanti malam, menculik mimpimu
Apa kau tak keberatan?”
Kini aku yang terdiam, malah lebih darimu

Pagi tanpa tidur dan mimpi karena alas an yang kaubuat
Tapi ada sesal mendalam. Sebab kamu,
adalah yang pertama dan satu-satunya
mau hadir dalam tidurku yang berselimut kata

Aku hadir kepadanya dan ia suguhkan sekantong
mimpi kemudian berkata,
“Aku tak akan kembali, ini awal dan akhir sua kita
simpan saja mimpiku itu karena itu kurajut khusus
untukmu.”

Lumbung KAJ, 22 Desember 2012

Setitik Kesan
Oleh: Jordan A. N.

Dalam hening yang lumayan
sunyi, hanya rintihan binatang malam
yang kudengar, kaudengar
hanya kurasakan bersamamu, duduk berdua di atas kursi kayu yang hampir rapuh
walau hanya malam yang singkat
namun kesan ini akan terasa lama untuk
kenanganku

Lumbung KAJ, 22 Desember 2012

Kesan
Oleh: Arumbaka Wedharing

Rasa yang ditiupkan seperti setumpukkan nada
Terpikir,
Terlihat,
Terdengar,
Namun belum tentu berani mengucap
Bisa terucap.
Tak cukup kata yang mewujudkannya
Biarlah itu, aku yang tahu.
Karena aku tak cukup dalam untuk bermain dengan kesan
Apalagi terjatuh dalam kesan
Karena yang aku tahu tak banyak makna yang dapat
Menjelaskan itu kesan

Lumbung KAJ, 22 Desember 2012

Jendela
Oleh: Akhmad Fatoni

Kaubilang aku ini menyimpan beribu kesan. Oh ya, aku tiba-tiba terkejut. Melihatku dengan wajah merona, kaubegitu bangga, sehingga matamu tiba-tiba begitu dalam. Mungkin teramat dalam. Aku penasaran, kuikuti jalan itu, dari putih matamu aku menyelinap. Tanpa permisi aku menguntit hingga masuk ke hatimu. Di sana, aku membuat ruang. Tidak besar. Sebuah sudut yang paling nyaman.
                Namun aku sempat terkejut, seusai kubangun ruang kecil di hatimu. Aku melihat tembok yang begitu kukuh, menjulang tinggi.
“Hai, jangan takut!” Katamu mengagetkanku.
“Takut?”
“Iya, takut.”
“Aku tidak takut.”
“Ah, kaupasti terkejut, yang kaulihat pasti benar, tapi tidak semua yang kaulihat itu benar. Kebenaran hanya ada dalam hatimu. Aku bergeming.”
Percakapan itu, pertemuan itu, membuatku sadar bahwa hidup itu pilihan.
“Aku suka Jendelamu, ijinkan aku bawa pulang. Ingin kubingkai di kamarku.”

Lumbung KAJ, 22 Desember 2012

Yah, itulah hasil dari proses kreatif pada pertemuan minggu ini. ***