Oleh: Jourdan Alexander Niagara
(Dimuat di Harian Radar Mojokerto, Minggu, 19 Mei 2013)
(Penyunting: Bagus Sambudi)
Dari pintu kaca yang tembus pandang
terlihat beberapa percikan cahaya melalui sela-sela kelopak mataku, banyak yang
datang kesini entah untuk mencari barang sebagai pelengkap kecantikan atau
sebagai hadiah. Untuk melamar atau
bahkan menyunting seseorang. Aku sangat disukai wanita. Entah itu berasal dari
mana dan dengan cara apa mendapatkannya, mereka seolah tak peduli. Yang mereka
percayai , aku adalah simbol dari keindahan dan kemewahan. Maka dari itu para
perempuan-perempuan akan begitu menikmati pemandangan dari diriku, apalagi
pahatan yang menggukir nama mereka dengan beberapa butir berlian di atasnya,
pasti akan sulit untuk tidak tertarik kepadaku. Namun bagi para pria
kebanyakan, aku tak lebih dari perhiasan yang bernilai mahal, yang pastinya
sepadan untuk diberikan pada seseorang yang berharga dalam hidupnya.
Tergantung dan beralaskan karpet tipis berwarna merah dan sangat berkilau
ketika sinar masuk membelai diriku. Ah, aku merasa sangat di perhatikan hingga
jarang sekali debu menyelimuti kulitku, setiap hari tangan-tangan terampil
memanjakan tubuhku. Tak jarang aku merasa seperti seorang ratu yang selalu
diperhatikan oleh dayang-dayang.
Suatu hari, terlihat seorang pria gagah. Wajahnya tampan dengan rambut
yang tampak rapi. Pria itu memakai setelan kemeja berwarna putih, berjas hitam
dengan celana hitam yang terlihat garis setrikanya. Sepatu kulit mengkilap
menghiasi kakinya. Pria itu kelihatan sangat elegan. Dan beberapa saat kemudian, dia membuka pintu
yang terbuat dari kaca bening.
Dan pertanyaan yang selalu hadir kembali tercuat dari diriku
“Siapa dia? Mau apa dia kemari? Apakah dia perampok? Tapi tampangnya tak
seperti perampok. Ah, semoga dia adalah seseorang yang akan membawaku keluar
dari lemari ini. ”
Setelah 20 menit ia berputar menghampiri satu persatu lemari kaca, dan
tiba-tiba sebuah tangan meraih tubuhku dan membawaku keluar. Amat jelas kulihat
wajah pria yang tadi masuk. Dia menatap ku amat dekat dan sesekali
memutar-mutarkan tubuhku. Dan beberapa saat kemudian aku kembali ke sebuah
tangan yang tadi mengambilku. Tangan itu dengan hati-hati memasukkanku kembali
ke lemari kaca. Dan pria tadi, kulihat berjalan keluar dengan senyum yang indah di bibirnya.
Beberapa hari
kemudian, pria itu datang kembali ke tempatku. Bedanya dia hanya melihatku
sejenak kemudian berkeliling. Aku benar-benar tak mengerti dengan apa yang
dilakukan pria itu. Sampai seorang wanita cantik dengan gaun yang indah masuk
dan menghampiri lelaki itu. Aku tak
dapat mendengar apa yang mereka bicarakan karena aku di dalam sebuah lemari.
Yang pasti dari wajah dan tindakan kedua orang itu, aku dapat melihat dengan
jelas bahwa mereka adalah sepasang kekasih
Kedua orang itu mulai celingak-celingguk melihat apa yang ada di tempat
itu. Namun dengan cepat si pria menunjuk kearahku. Kemudian mereka
menghampiriku dan menampakkan wajah dan matanya tepat di depan kotak kaca di
mana aku berada. Aku mulai penasaran dan tetap menatap mereka dengan mata
tunggalku yang terbuat dari berlian yang berwarna biru.
Si lelaki itu mulai berbicara kepada salah satu dayang-dayang ku. Aku
kembali bingung karena aku tak bisa mendengar apa yang mereka katakan. Sampai
ketika aku dikeluarkan dan di coba oleh wanita tadi, baru aku sadar bahwa aku
akan dibeli. Itu berarti aku akan pergi dari tempat ini. Menuju tempat yang
entah. Dan tak butuh waktu lama aku sudah keluar dari toko itu. Aku masih
bergelantung di leher wanita cantik tadi. Leher yang putih mulus. Dengan mataku
tergelantung sampai belahan dadanya. Kemudian aku, wanita dan pria tadi masuk
kesebuah mobil sedan bewarna silver.
Setelah sampai
sebuah rumah beralamatkan elite Indonesian blok c no 19 mobil berhenti, tampak rumah
yang megah. Rumahnya nampak sepi tak berpengguni, mungkin merekan pasangan muda
yang baru menikah seminggu yang lalu .
Aku di bawa
kekamar yang luas dan si wanita itu melepaskan jeratan lenganku yang terbuat
dari mas 24 karat , ditaruhnya aku ke dalam kotak berwarna gelap yang ada dalam
lemari kecil di meja rias.
Dia membiarkan
kotak itu terbuka. Dan aku meliat wanita itu melepas gaun indah yang tadi siang
ia pakai. Tiba-tiba pria tadi dari belakang datang dan menciumi setiap lekukan
tubuh wanita itu , kemudian pria itu memeluk wanita itu dengan amat mesra .
Aku melihat kejadia
itu berpikir, andai aku seperti itu dengan kekasihku mungkin dunia ini akan begitu
indah seindah gemerlap cahaya yang
terpantul oleh mataku.
Berulangkali aku
melihat kemesraan yang seperti itu, hingga lama-lama aku menjadi iri dan
akhirnya aku jengkel pada pemandangan yang seperti itu .
***
Satu tahun aku
bersama keluarga itu, tak terasa waktu begitu cepat berbutar. Sore itu mereka
mendapat undangan dari teman kuliahnya dulu yang sekarang baru menikah, dan
undangnya besok hari minggu pukul 07.00 malam. Mereka berencana untuk datang
lebih awal. Mereka berangkat jam 06.30 dengan menaiki mobil sedan mewahnya
itu
Sampai di
pertengahan jalan yang sepi mobil mereka jadi sulit dikendalikan, aku tak tahu
pasti kenapa seperti itu, yang jelas mereka berhenti dan agak sedikit panik.
Mereka hanya berdua dan tak ada
siapa lagi kecuali hanya suara-suara binatang malam yang sering kali menyambut.
Tak ada mobil atau pun motor yang lewat, lagi pula jalan itu jauh dari
pemukiman warga . Dengan terpaksa si lelaki keluar dari mobil dengan perasaan
yang agak sedikit was-was. Membawa senter kecil si suami itu perlahan melihat
ban mobilnya yang ternyata sudah kempes.
Tak lama setelah mengetahui ban
mobilnya kempes, pria itu membuka bagasi untuk memasang ban serep. Belum
selesai mengeluarkan ban serep dari bagasi,
tiga orang laki-laki berbadan kekar dengan membawa sebilah golok dan pistol
keluar dari semak-semak. Dengan cepat para perampok mulai bergegas mengalungkan
golok ke leher si lelaki itu dan memaksa si wanita untuk turun dari mobil.
Karena saking takutnya wanita itu diam dan tak berbuat apa-apa. Para perampok
itu tanpa pikir panjang memecahkan kaca mobil dan mengeluarkan dengan paksa
wanita itu. Aku tak tahu kejadian apa yang terjadi berikutnya karena setelah
aku ditarik dari leher wanita itu, aku
dimasukkan dalam sebuah kantong.
Setelah kantong terbuka, tiba-tiba aku sudah di tangan orang yang tinggi
besar. Pasti merekalah para perampok yang mengambilku kemarin. Aku diserahkan
ke seseorang yang lebih rapi tapi aku tak tahu siapakah dia. Mungkin dia adalah
teman perampok itu atau bahkan dia adalah pimpinan dari perampok itu. Aku kembali
dimasukkan ke sebuah kantong. Dan meski aku tak melihat, namun aku sangat yakin
aku sedang di bawanya menuju suatu tempat yang entah. Dan setelah beberapa saat
aku dikeluarkan kembali. Dan bedanya aku sekarang tidak di sebuah ruangan. Aku
berada di sebuah tempat yang terdapat begitu banyak kapal yang bersandar. Aku
berpindah tangan lagi. Kali ini keseseorang yang amat rapi. Orang itu lebih
mirip dengan pria yang membawaku dari toko. Dan oleh orang itu aku di masukan
di sebuah kotak yang terbuat dari ukiran kayu yang indah, setelah itu aku hanya
merasa gelap.
Sampai beberapa saat aku mulai
merasakan guncangan-guncangan keras. Mungkin dari gerak ombak yang cukup besar.
Lalu aku merasakan dengan tiba-tiba semua menjadi tenang. Namun entah kenapa
tubuhku terbolak-balik seolah kotak kayu itu di buat mainan oleh anak-anak. Tanpa
terasa, ruangan kotak kayu ini mulai terisi air sedikit demi sedikit hingga
seluruh ruangan penuh oleh air yang asin . Setelah itu dengan sendirinya kotak
yang berisikan air itu mulai terbuka dengan sendirinya. Aku terjatuh ke dasar
laut yang dalam. Di situlah aku berdiam cukup lama. Bermacam-macam ikan
mengkrubutiku. Karang-karang menemaniku.
Entah berapa lama aku di sana namun
tubuhku mulai terasa agak aneh ,muncul selaput-selaput hijau yang membuatku
risih dan tak nyaman akan hal itu , dan mataku sudah tak sebening dulu , kini
mataku mulai buram bewarna biru hijau kecoklatan .
Entah apa, yang jelas aku tak begitu nyaman. Dulu aku
yang seolah ratu yang selalu di manja. Dan aku yang terjaga kebersihannya oleh
belaian lembut, semua kini menjadi jauh berbeda.
Setelah tubuhku mulai gelap. Sesuatu
yang aneh muncul. Sesuatu dengan cahaya yang menyorotku. Aku tak begitu jelas
melihat, namun percayalah itu adalah sesuatu yang belum pernah kulihat dalam
laut ini. Sesuatu itu memegangku kemudian membersihkan mataku yang tertutup. Mereka
berbadan seperti manusia. Tapi ada benda lain yang menempel di punggungnya.
Dibawanya aku ke permukaan, dan dari situlah aku tahu bahwa mereka memang
manusia. Hanya saja mereka membawa alat bernapas di punggung mereka. Terdapat dua
kapal kecil yang menghampiriku setelah aku tiba di permukaan. Kemudian, setelah
aku naik ke atas kapal itu, aku di semprot oleh air yang tak terasa asin tapi
pahit, dengan sikat halus aku
dibersihkan, terutama tepat di kepala mataku. Aku merasakan sedikit geli, namun
itu yang membuatku nyaman.
Setibanya aku di daratan. Aku di
naikan ke mobil pick up yang dikawal oleh beberapa orang yang mengaku penegak
hukum. Aku di bawa ke suatu tempat yang tak asing bagiku. Di situ ada las api,
cetakan, bejana tanah liat dan sejumlah kalung, cincin atau perhiasan lain. Dan
benar, disinilah perhiasan dilahirkan. Hingga seseorang datang menebusku dengan
menunjukan beberapa pucuk surat dan amplop yang mungkin itu berisikan beberapa
uang.
Aku di bawanya ke sebuah ruangan
yang penuh dengan cermin dan kaca yang menghiasi dan sebuah lemari kaca yang
beralaskan karpet merah tipis nan lembut .
Dari pintu kaca
yang tembus pandang terlihat beberapa percikan cahaya melalui sela-sela kelopak
mataku
Terlihat seorang pria gagah.
Wajahnya tampan dengan rambut yang tampak rapi. Pria itu memakai setelan kemeja
berwarna putih, berjas hitam dengan celana hitam yang terlihat garis
setrikanya. Sepatu kulit mengkilap menghiasi kakinya. Pria itu kelihatan sangat
elegan. Dan beberapa saat kemudian, dia
membuka pintu yang terbuat dari kaca bening.
Tentang Penulis:
Jourdan Alexander Niagara, bergiat di Komunitas Arek Japan (KAJ). Menulis cerpen dan puisi. Puisinya masuk dalam 40 puisi terbaik pada Festival Bulan Purnama Mojopahit (KBMP) 2013.