Monday 17 May 2010

AGAR TULISAN KITA MENEMBUS KORAN

(Esei untuk GELADAK SASTRA #3, MINGGU, 16 MEI 2010)

Oleh : Dian Sukarno*)

“Scripta manen verba volen”
Kalimat dari bahasa Latin yang mengandung arti yang tertulis akan abadi yang terucap akan lenyap telah mengilhami banyak penulis, baik senior maupun pemula untuk menyalakan obor kreatif kepenulisan, tidak terkecuali saya. Meskipun melalui sahabat Fahrudin Nasrulloh kalimat itu baru nyampe ke telinga saya. Namun tak ada kata terlambat untuk memulai sebuah karya besar.

Menulis merupakan potensi kreatif dari kebiasaan membaca. Sehingga banyak fakta menunjukkan banyak penulis besar bermula dari jam terbang kebiasaan membaca. Paling tidak bagi kita dengan sedikit meluangkan waktu membaca apa saja akan memperkaya literature dan pengayaan kata. Dengan demikian memudahkan untuk menyusun dan merangkai kata-kata. Meminjam istilah sahabat Fahrudin sebagai pemulung/ pemungut kata-kata.

Berkait dengan uraian tersebut saya terngiang kalimat Steven R. Covey dalam bukunya Seven Habits, yaitu; Tebarlah ide/gagasan tuailah perbuatan. Tebarlah perbuatan tuailah kebiasaan. Tebarlah kebiasaan tuailah karakter. Tebarlah karakter tuailah nasib. Jadi sebenarnya dalam menulis pun tidak lepas dari aktivitas berulang-ulang yang kita lakukan, termasuk kegiatan membaca. Ya, membaca apa saja, semakin banyak literature lagi-lagi akan memudahkan kita menuangkan dalam bentuk tulisan bernas/ berisi.
Mimpi atau impian menjadi penulis terkenal harus terus dipupuk. Kalau perlu daya khayali masa kanak-kanak kita dimunculkan kembali. Karena daya khayal menurut Albert Einstein adalah penyumbang delapanpuluh persen dari segala bentuk penemuan. Jika itu sudah dilakukan langkah berikutnya segera menulis. Menurut filosofi Jawa ngelmu iku kelakone kanti laku, artinya manfaat ilmu baru bisa dirasakan jika sudah dipraktekkan. Sebuah paragraf yang buruk lebih utama daripada hanya sekedar beretorika.
Untuk memberi semacam oli/ pelumas bagi mesin kreativitas, maka kita harus memaksa diri masing-masing untuk mencapai target. Misal dalam sehari sudah berapa halaman buku kita baca dan berapa lembar tulisan kita hasilkan? Untuk yang satu ini saya telah mempraktekkan dengan menulis tiga lembar tentang apa saja. Hasilnya saya tercerahkan secara pemikiran dan terpuaskan secara batin.

Langkah selanjutnya yang tidak kalah penting yaitu mempublikasikan karya yang sudah kita buat, bahkan mungkin kita melakukannya sampai berdarah-darah. Publikasi ini bisa melalui kegiatan komunitas seperti Geladak Sastra di Lembah Pring, melalui internet, dan media cetak (koran, majalah).

Pertanyaannya kemudian bagaimana strategi agar tulisan kita dimuat di koran? Dalam hal ini kadang kita perlu memahami rambu-rambu, misalnya; tema tidak terlalu umum, unik (baik kata-kata maupun obyek tulisan), disesuaikan dengan visi/ karepe media bersangkutan, dan usahakan agar tetap produktif meskipun tulisan itu akhirnya mampir ke keranjang sampah. Semoga bermanfaat..!

*) Penulis adalah pegiat budaya dan pimpinan sanggar tari Lung Ayu, Sengon, Jombang

Sumber: Catatan di Fb Jabbar Abdullah

No comments:

Post a Comment