Tuesday 22 June 2010

Bernyanyilah agar sehat

Seorang penyanyi sebuah pertunjukan pernah menyatakan bahwa sebaiknya seseorang menjiwai lagu ketika berjalan. Suatu malam saya pernah menyaksikan ketika keluar dari Gedung Steinway, New York City yang berhadapan dengan Carnegie Hall.

Di bawah kanopi jendela, empat orang asyik menyanyikan lagu kuartet ciptaan Mozart, Requiem. Mereka tak menyediakan tempat koin. Seolah-olah berada di dunianya sendiri, tak terpengaruh oleh lingkungan jalan, hujan yang turun serta lalu lalang pejalan kaki, mungkin mereka tidak menyadari hal tersebut baik bagi kekebalan tubuh mereka sendiri.

Beberapa kelompok menekankan bahwa tak perlu memiliki “suara penyanyi” atau tidak fals. Bernyanyi dalam kelompok cenderung lebih menyenangkan, lebih serasi dan lebih teratur, tetapi ada kalanya mereka hanya ingin bernyanyi bersama teman atau bersenandung diiringi radio.

Setidaknya dua studi telah menunjukkan peningkatan kekebalan tubuh para penyanyi. Satu studi menunjukkan peningkatan dalam immunoglo-bulin A (IgA, antibodi) dalam darah setelah latihan paduan suara. Sebuah kelompok paduan suara di Frankfurt, Jerman, menjalani tes darah sebelum dan sesudah latihan “Requiem” Mozart. Tingkat hidrokortisol mereka meningkat, mengindikasikan suasana hati yang lebih tenang.

Seminggu sesudahnya, anggota paduan suara tersebut menjalani beberapa tes lagi sebelum dan sesudah mendengarkan rekaman Requiem, namun sistem kekebalan tubuhnya tidak bereaksi (sumber: cat.inist.fr/?aModele=afficheN&cpsidt=16405104).

Studi lain dilakukan University of California Irvine, menguji air liur anggota paduan suara sebelum dan sesudah pementasan gladi bersih “Missa Solemnis”-nya Beethoven. Peningkatan ditemukan pada sekresi immunoglobulin A (S-IgA), indikator kekebalan tubuh lain dan penurunan kortisol.

Menurut studi tersebut, anggota paduan suara digambarkan mengalami performa “pengalaman puncak selama pementasan... kegelisahan, pemain memiliki perasaan penting akan kegembiraan, perubahan suasana hati, relaksasi, konsentrasi musikal, kepuasan dan penurunan stres.”

The Senior Singers Chorale di Arlington, AS, adalah bagian dari program seni yang diorganisir oleh psikiater geriatri usia lanjut, Gene Cohen, dari Washington University dan Jeanne Kelley yang mempelajari dampak aktivitas dan kreativitas pada senior. Penyanyinya berusia antara 55-97 tahun, yang diketahui mengalami penurunan depresi, lebih jarang mengunjungi dokter dan lebih sedikit menjalani pengobatan.

Penyanyi dilatih oleh musisi profesional dan pentas di sekitar Washington dan berbagai negara bagian AS. Siapapun yang berusia 55 tahun atau lebih dapat bergabung, dan tidak ada audisi. (retirement-living.com/article/44/study-shows-cultural-programs-improve-physical-and-mental-health-of-seniors).

Larut dalam lagu pada masa susah ini nampaknya sangat alami, meskipun kita memerlukan otak kiri kita untuk menjelaskan mengapa. Bernyanyi, seperti melukis, adalah pintu gerbang ke otak kanan. Anak-anak belajar melalui lagu dan orang dewasa yang mengalami stroke pada otak kiri melakukan pelajaran ulang melalui nyanyian.

Menyanyi dapat mengekspresikan emosi positif kita tentang pujian, romantika atau harapan dengan indah (sumber: bottomlinesecrets.com/article.html?article_id=46355).

Jangan percaya siapapun termasuk Anda sendiri, yang mengatakan ‘tidak bisa menyanyi.’ Pikirkan instrumen ini mengiringi kemana pun Anda pergi. (Louise MC. Coy/The Epoch Times/feb)erabaru.net

sumber: dari catatan di FB jamaluddin akbar

No comments:

Post a Comment